close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 WIB dengan tinggi k
icon caption
Foto udara letusan gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 17.22 WIB dengan tinggi k
Nasional
Senin, 24 Desember 2018 22:54

Gunung Anak Krakatau masih aktif, BMKG imbau jauhi pantai

Masyarakat diimbau untuk menghindari kawasan pesisir pantai setidaknya sampai 26 Desember 2018.
swipe

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi Gunung Anak Krakatau akan tetap aktif meski telah berulang kali mengalami erupsi hingga menimbulkan tsunami di Selat Sunda. Karena itu, masyarakat diimbau untuk menghindari kawasan pesisir pantai setidaknya sampai 26 Desember 2018.

"Sampai 26 Desember nanti masih akan ada gelombang tinggi akibat cuaca dan aktifitas Gunung Anak Krakatau," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta pada Senin (24/12).

Imbauan tersebut kemudian dituangkan dalam surat resmi mengenai peringatan dini gelombang tinggi di sejumlah wilayah Indonesia. Surat tersebut bernomor ME.301/PD/23/APM/XII/BMKG-2018 yang berlaku sejak 23 Desember 2018 pukul 07.00 WIB hingga 26 Desember 2018 pukul 07.00 WIB di mana tinggi gelombang air laut diperkirakan bisa mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter.

Kepala Sub Bidang Analisa dan Prediksi Meteorologi Maritim BMKG, Zairo Hendrawan, mengatakan terdapat pola tekanan rendah di Samudera Pasifik utara Halmahera berkisar 1006 hPa. 

Pola angin bergerak dari barat menuju barat laut pada wilayah Indonesia bagian utara dengan kecepatan angin berkisar 5-20 knot. Sementara di bagian selatan Indonesia angin bergerak dari barat daya menuju barat laut dengan kecepatan 5-25 knot. 

"Kecepatan angin tertinggi di Laut Jawa bagian barat, laut Sulawesi, perairan Utara Halmahera hingga Papua. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di wilayah-wilayah tersebut," kata Zairo Hendrawan.

Menurut Zairo, gelombang tinggi serta kecepatan angin pada masa peringatan tersebut sangat berisiko bagi keselamatan pelayaran seperti perahu nelayan yang memiliki kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.

Juga Kapal Tongkang dengan kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5m, Kapal Ferry berkecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang 2.5m, Kapal Kargo dan Kapal Pesiar berkecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0m. 

img
Soraya Novika
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan