Efikasi (kemanjuran) vaksin Covid-19 asal Sinovac China hanya 65,3%. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Cissy Kartasasmita menilai, efikasi vaksin sangat dipengaruhi metodologi hingga subjek dalam uji klinis.
Menurut dia, uji klinis terhadap vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Bandung, Jawa Barat (Jabar) melibatkan 1.620 relawan dari unsur masyarakat umum. Efikasi vaksin coronavirus buatan Sinovac 78% di Brasil. Kemudian, turun menjadi 50,4%.
Di Brasil, kata dia, uji klinis melibatkan tenaga kesehatan berisiko tinggi terpapar Covid-19. Sementara itu, efikasi vaksin Covid-19 buatan Sinovac 91,25% di Turki.
Namun, kata dia, terpenting efikasi vaksin Covid-19 buatan Sinovac di Indonesia masih memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau di atas 50%.
"Karena orang yang divaksin mempunyai kemungkinan untuk tertular lebih rendah 50% dari yang belum divaksin. Itu sudah cukup. Tinggal berapa juta angka terkonfirmasi yang mau di vaksin. Jadi, kita juga jangan terlalu silau dengan efikasi ini," ujar Cissy dalam ‘Jaminan Keamanan Vaksin Covid-19’ bersama Alinea.id, Kamis (14/1).
Pandemi Covid-19, menurut dia, sebabkan Indonesia pertama kali mengeluarkan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) . Di tahun 2009, status pandemi flu babi hanya berlangsung tiga bulan saja. "Karena memang tidak sedahsyat saat ini," tutur Cissy.
Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengambil keputusan persetujuan dikeluarkannya EUA berdasarkan rekomendasi dari hasil rapat pleno Komite Nasional Penilai Obat, Indonesia Technical Advisory Group on Immanuization (ITAGI), dan para ahli epidemiologi, Minggu (10/1).
Pengambilan keputusan setelah melewati evaluasi dan diskusi komprehensif dengan dukungan data yang bisa menjamin aspek keamanan, khasiat, dan mutu. Efikasi (kemanjuran) vaksin Covid-19 asal Sinovac hanya 65,3%.