close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pesawat EMB-314 Super Tucano. Foto TNI AU
icon caption
Pesawat EMB-314 Super Tucano. Foto TNI AU
Nasional
Jumat, 17 November 2023 21:13

Hasil investigasi jatuhnya 2 pesawat Super Tucano buat perbaiki prosedur

Hingga hasil investigasi diumumkan, TNI AU memastikan untuk sementara tidak bakal mempergunakan Super Tucano.
swipe

Kabar duka datang dari TNI pada Kamis (16/11). Empat perwira terbaik TNI AU gugur dalam misi Profisiensi Formation Flight dengan rute penerbangan Lanud Abd Saleh-local area-Lanud Abdul Saleh dengan mempergunakan dua pesawat EMB 314 Super Tucano dari Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang.

Pesawat EMB 314 Super Tucano ini, tinggal landas dari Lanud Abdul Saleh pada pukul 10.51 WIB. Kemudian lost contact terjadi pada pukul 11.18 WIB, di mana terdengar bunyi ELT (Emergency Locator Transmitter) dari kedua pesawat dari waktu berbeda. 

Pesawat Super Tucano TT-3111 diawaki Letkol Pnb Sandhra Gunawan dan Kolonel Adm Widiono. Sedangkan Super Tucano TT-3103 diawaki oleh Mayor Pnb Yuda Anggara Seta dan Kolonel Pnb Subhan. Kedua pesawat itu, mengalami accident di daerah Watugede, Keduwung, Pasuruan.

Kapuspen TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati dalam keterangan resminya yang dipantau online pada Jumat (17/11), menegaskan, kalau dua pesawat yang jatuh, masih layak dan baru berusia sembilan tahun. Begitu juga dengan kondisi dua pilot dan dua kru di belakang pilot telah dinyatakan sehat dan tidak ada gangguan sedikit pun.

Selain dua pesawat yang mengalami kecelakaan itu, sebenarnya masih ada dua pesawat lainnya yang ikut dalam misi tersebut. Tetapi, dua pesawat lainnya berhasil naik dan keluar dari awan dan akhirnya selamat. 

"Mereka take off satu per satu. Setelah di atas, mereka bergabung menjadi satu kesatuan dalam formasi. Pada saat climbing, mereka masuk ke awan in out dan in out. Namun, awan tiba-tiba menebal dengan cepat. Bahkan antarpesawat yang terbangnya hanya berjarak 30 meter tidak kelihatan. Kemudian, para penerbang menyebut blind dan menjalankan prosedur menjauhkan diri. Ketika menjauhkan diri, terdengar suara ELT yang berarti terjadi sesuatu. Sejurus kemudian ada suara ELT yang kedua. Itu kejadiannya dan ini semua terekam pada flight data recorder (FDR)," papar dia.

Tim dari Pusat Kelaikan Keselamatan Terbang dan Kerja TNI Angkatan Udara (Puslaiklambangja), bersama dengan skuadron teknik TNI Lanud Abdurhaman Saleh pun, telah berhasil mencapai dua pesawat yang mengalami kecelakaan dan berhasil merekam informasi apa yang sebenarnya terjadi di sana.  Dan sekarang, data flight dan record sudah ada di Lanud Aburahman Saleh.

Beranjak dari data awal itu, maka TNI AU sepertinya bakal mengubah atau menambah prosedur. Kalau ternyata prosedur sudah benar, misalkan saja ketika terjadi situasi blind, diharapkan tidak hanya menyelamatkan sejumlah pesawat, tetapi harus semuanya. Itulah makanya, TNI AU memandang perlu ada penambahan prosedural agar ke depannya dalam situasi seperti itu, semua bisa selamat.

"Jadi tujuan dari investigasi adalah memperbaiki prosedur. Seperti menambah prosedur atau mengurangi hal-hal yang tujuannya untuk keselamatan penerbangan dan penyelesaian misi," ucap dia.

Hingga hasil investigasi diumumkan, TNI AU memastikan untuk sementara tidak bakal mempergunakan Super Tucano. Kalau tidak ada sesuatu, maka TNI AU bakal kembali menerbangkan lagi pesawat itu. Terlebih pesawat ini cukup baik mendapatkan perawatan, memiliki suku candang bagus, sangat handal, mumpuni, dan menjadi andalan dalam banyak misi. 

Sementara pengamat militer dari UI Stanislaus Riyanta berharap, agar TNI AU membuka hasil investigasi terkait jatuhnya dua pesawat tempur Super Tucano di Pasuruan, Kamis (16/11).

"Kita harus menunggu hasil investasi yang sedang dilakukan TNI AU. Tetapi secara umum, penyebab kecelakaan pesawat karena human error, teknikal, hingga faktor cuaca," ucap dia, saat dihubungi Alinea.id, Jumat (17/11).

Seraya menunggu hasil investigasi, ada baiknya TNI AU juga melakukan evaluasi soal misi penerbangan hingga kelayakan pesawat sebelum terbang. Hal itu dimaksudkan agar TNI tidak lagi kehilangan prajurit terbaiknya dalam misi penerbangan.

Sementara pengamat militer dari ISESS Khairul Fahmi mengatakan, kecelakaan ataupun insiden alutsista sangat mungkin terjadi. Termasuk pesawat.  Penyebabnya beragam. Bisa karena akibat mendapatkan serangan, human error dalam penggunaan atau kelalaian dalam persiapan, faktor cuaca. Bahkan kelalaian dalam pemeliharaan maupun perawatan sangat mungkin menyebabkan kecelakaan," kata dia.

Namun dia menyebutkan, kalau kesimpulan baru bisa didapatkan setelah diadakan investigasi dari pihak terkait. Dalam hal ini TNI AU maupun KNKT. 

Profil pesawat latih Super Tucano

Dalam keterangan resminya, TNI AU menyebutkan kalau EMB-314 Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat antiperang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.

Indonesia memiliki 16 pesawat EMB-314 Super Tucano yang dibeli Pemerintah Indonesia dari Brasil pada 2012 yang di tempatkan di Skadron 21 Abdul Malang. Armada ini bertugas menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang telah di grounded karena usianya sudah tua.

EMB-314 Super Tucano terdiri dari dua versi, tipe A-29ALX (kursi tunggal) dan AT-29B (kursi ganda). Khusus versi kursi ganda juga dapat digunakan sebagai elemen pesawat latih lanjut, dan versi inilah yang dimiliki oleh TNI AU.

EMB-314 Super Tucano merupakan hasil pengembangan pesawat latih EMB-312 Tucano yang dirilis pertama kali oleh Embraer pada 1983. EMB-314 Super Tucano sendiri baru diluncurkan pada 1992.

Mengemban tugas yang multi role, dengan penekanan pada serangan ke permukaan, menuntut pesawat bermesin Pratt & Whitney Canada PT6A-68C Turbo Propeller ini, mempunyai kemampuan manuver yang lincah. Dari parameter gravitasi, EMB-314 Super Tucano sanggup menahan gaya gravitasi maksimum hingga +7g dan -3.5g.

Sebagai perbandingan, jet tempur F-16 dan Sukhoi Su-27/Su-30 milik TNI-AU sanggup bermanuver hingga 9g. Semakin besar gaya g (gravitasi) menandakan tingkat manufer pesawat yang bersangkutan cukup tinggi, dan sangat ideal untuk bertarung secara dog fight. Level 7g di EMB-314 Super Tucano sebanding dengan F-5E Tiger, terbilang cukup lincah dan memberikan tingkat survivability cukup tinggi.

Menyadari kodratnya untuk membabat sasaran di darat dalam jarak dekat, EMB-314 Super Tucano memerlukan perlindungan ekstra. Makanya, pesawat ini dibekali sistem perlindungan proteksi untuk kabin awaknya. Kabin pilot dilindungi bahan baja kevlar pada sekeliling kokpit. Untuk keselamatan, pilot dilengkapi kursi lontar Martin Baker dengan pola zero-zero.

Sistem buka tutup kanopi dapat diaktifkan secara elektrik. Soal kekuatan kaca kokpit, mampu menahan benturan burung pada kecepatan 300 knot.  Elemen perlindungan ‘lebih’ pada ruang kokpit memang wajar untuk pesawat dengan misi COIN. Pasalnya, pesawat dengan ketinggian terbang rendah dan kecepatan terbatas, kerap bodi pesawat harus siap dalam menerima timah panas yang ditembakkan lawan di darat.

Persenjataan

EMB-314 Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan COIN (Counter Insurgency) atau pesawat antiperang gerilya. Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.

Pesawat EMB 314 Super Tucano TT-3103 mulai memperkuat Skadron Udara 21 pada tanggal 2 Februari 2012 sedangkan TT-3111 pada 23 November 2015. Kedua pesawat yang jatuh ini dalam kondisi layak terbang dan usia pakai yang relatif muda yakni 11 tahun dan 8 tahun. Berbagai misi operasi dan Latihan telah dilaksanakan oleh pesawat tempur kebanggaan TNI Angkatan Udara ini.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan