Indonesia Indicator (I2), mengungkapkan hasil penelitian terhadap Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan yang kerap diwacanakan dalam beberapa aksi unjuk rasa. RUU Kesehatan ini sendiri mengundang berbagai polemik karena belum dapat dikatakan memiliki solusi bagi permasalahan yang dewasa ini terjadi.
Media Analyst Indonesia Indicator Academy Nurul Farichah mengatakan, pihaknya mengambil data pada Januari-Juni 2023 tentang polemik RUU Kesehatan di media online dan media sosial.
Di media online, pada periode pengambilan data, ada 7.591 berita dari 1.279 media online Indonesia. Berita-berita itu mengandung kata-kata tentang RUU Kesehatan.
Di mana, puncak tertinggi ekspose RUU Kesehatan terjadi pada periode Mei 2023. Masifnya pemberitaan tentang penolakan demo RUU Kesehatan dari Partai Buruh, YLKI dan sejumlah organisasi kesehatan di berbagai daerai. Sejumlah organisasi di antaranya dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional indonesia (PRNI) dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
"Maret 1154 pemberitaan. April 1565 pemberitaan. Mei 3120 pemberitaan. Juni baru 840 pemberitaan," kata dia.
Setidaknya ada lima isu utama yang paling banyak dibahas di media online. Yakni, demonstrasi tolak RUU Kesehatan (2615 berita), Kewenangan BPJS (1343 berita), Rapat Dengar Pendapat Komisi IX (606 berita), Penyebaran Tembakau dengan Narkotika (405 berita), dan Isu Perlindungan Kesehatan Anak dan Mental (293 berita).
Sedangkan di media sosial berasal dari platform Twitter, FB, Instagram, YouTube dan TikTok dari 1 Januari-15 Juni 2023. Tercatat ada 87.016 post dari berbagai media platfom media sosial.
"Tidak berbeda dengan media online. Isu ini terus naik dari Januari, mencapai puncak di Mei dan turun lagi di Juni," jelas dia.