Hormat dan lambaian ribuan orang antar BJ Habibie
Ribuan warga hormat dan melambaikan tangan di sepanjang jalan mengiringi mobil jenazah BJ Habibie.
Pantauan Alinea.id, ribuan warga hingga karyawan di sejumlah perkantoran di Jakarta menyemut di sepanjang jalan menyambut iring-iringan mobil jenazah.
Almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie dibawa dari rumah duka di kawasan Patra Kuningan menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.
Sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya masyarakat melambaikan tangan untuk terakhir kalinya kepada almarhum Presiden ke-3 Republik Indonesia itu. Sejumlah pengemudi mobil bahkan menepi untuk menghormat dan mengabadikan momen terakhir itu.
Masyarakat DKI Jakarta tampak begitu kehilangan sosok BJ Habibie. Momen penuh haru itu terus berlangsung hingga iring-iringan mobil jenazah berlalu.
BJ Habibie tutup usia pada Rabu, 11 September 2019 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Setelah mendapat perawatan khusus sejak 1 September lalu, kesehatan jantung Presiden ke-3 Republik Indonesia itu semakin menurun.
Pada Kamis (12/9) siang pukul 13.30 WIB, dalam tradisi tata upacara militer, jenazahnya dihantar ke liang lahad di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan.
Pemakaman Habibie dihadiri ribuan warga yang menyesaki area dalam kawasan makam. Di halaman pintu depan TMP Kalibata, puluhan pasukan pengamanan presiden (Paspampres) menjaga ketat ratusan massa yang tidak berkesempatan masuk.
Alasannya, tambahan warga dikhawatirkan mengganggu jalannya upacara yang dimulai pada pukul 13.30 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Presiden Joko Widodo selaku inspektur upacara.
Meski panas terik matahari menyengat, masyarakat tidak menjadi surut semangat. Sebagian dari mereka tampak bereaksi tidak sabaran dengan berteriak memohon-mohon Paspamres agar diizinkan masuk. Paspampres bersikukuh menahan arus massa.
Menurut pengamatan Irwansyah, penggali kubur di TMP Kalibata, masyarakat yang turut melayat pada pemakaman BJ Habibie pada Kamis siang jauh lebih banyak dibandingkan dengan pemakaman tokoh-tokoh bangsa sebelumnya di TMP Kalibata.
Dia membandingkan, sewaktu pemakaman Ani Yudhoyono hanya segelintir yang masuk ke area makam. Sementara dalam pemakaman Habibie, gerakan massa berkali lipat jumlahnya.
“Waktu pemakaman Bu Ani sekali masuk hanya ada dua-tiga orang. Tapi tadi siang begitu besarnya (jumlah warga), kerumunan, kayak orang demo. Bahkan sampai jam enam sore tadi masih ada beberapa orang datang,” tutur Irwansyah yang bekerja sebagai penggali makam di TMP Kalibata sejak 2005.
Dua orang kakak-beradik Haflan dan Cut yang ditemui pada barisan ketiga di depan Paspamres, mengatakan, mereka datang dengan berboncengan mengendarai sepeda motor. Warga asal Banda Aceh yang telah puluhan tahun tinggal di Depok, Jawa Barat, itu berdiri sambil berimpitan dengan ratusan warga lainnya yang menunggu kesempatan masuk.
Haflan mengungkapkan, siang itu dia ingin menggenapi ziarah ke pemakaman putra-putri terbaik bangsa. Sebelumnya, mereka telah datang pula saat pemakaman Ainun Habibie pada 2010, juga Ani Yudhoyono pada awal Juni 2019 lalu.
“Kalau waktu (pemakaman) Bu Ani, enggak sepenuh ini,” kata Haflan, membandingkan. Selain itu, saat Ainun wafat pada 2010, Haflan juga mengikuti tahlilan di rumah duka keluarga Habibie di Jalan Patra Kuningan XIII, Jakarta Selatan. Haflan mengatakan, dia masih menyimpan buku yasin yang dibagikan saat tahlilan mendoakan arwah Ainun.
Haflan yang sehari-hari berdagang di kios kecilnya di Depok mengungkapkan alasan dia mengunjungi pemakaman Habibie siang itu.
“Kita kan sama-sama orang Indonesia, Pak Habibie juga orang terbaik. Beliau taat ibadah, orangnya santun. Dia juga dekat sama orang biasa, enggak ada jarak,” ujar Haflan.
“Orangnya luar biasa. Rendah hati,” kata Cut menambahkan.
Tak berselang lama dalam penantian itu, mereka bersama dengan warga lainnya memanjatkan salawat. Tanpa didahului aba-aba, kerumunan warga lantas menjelma koor lirih untuk mendoakan keselamatan arwah Habibie.
Aksi spontan
Kedua putra BJ Habibie, Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie, turun ke dalam liang lahat untuk menopang jasad ayahanda mereka sesaat jelang dikebumikan.
Hal ini menjadi di luar kewajaran dalam tata cara penguburan di TMP Kalibata. Irwansyah, salah satu petugas penggali makam di TMP Kalibata yang turut dalam proses penguburan Habibie, mengungkapkan kesan terkejut.
“Kebetulan saya yang menemani di dalam lubang itu. Rencana awalnya satu anak Habibie saja, tapi spontan, kedua-duanya mau turun,” kata Irwansyah.
Irwansyah mengatakan, prosedur tata cara proses pemakaman ditentukan oleh pihak Garnisun TMP Kalibata. Pihak keluarga yang akan menggelar pemakaman dapat menyampaikan permintaan kepada pihak Garnisun, termasuk bila ada keinginan anggota keluarga turut aktif dalam prosesi pemakaman. Irwansyah bilang, sebelumnya direncanakan hanya seorang anak Habibie yang turut membantu memakamkan jasad, yaitu Ilham Akbar Habibie.
Namun Thareq, adik Ilham, menyusul turun ke liang untuk menadah bagian jasad Habibie.
“Yang ke bawah jadi dua-duanya (anak Habibie). Setelah Pak Ilham, spontan adiknya ikut,” ujar Irwansyah. Spontanitas itu membuat tim petugas penggali makam segera bertindak tangkas.
“Satu orang teman saya yang sudah turun, jadi naik lagi,” kata Irwansyah.
Meskipun begitu, selanjutnya prosesi pemakaman berlangsung lancar dan aman. Seakan kembali bersama istri dan pujaan hatinya, Habibie menjemput nirwana dalam liang yang bersisian dengan nisan Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie.
Tahun 2010 silam, Ainun wafat dan dimakamkan di TMPN Kalibata blok M 120. Pada Kamis (12/9), jasad Habibie telah dibaringkan di sampingnya, blok M 121.