Komunitas Kolaborasi dan Jakarta Art Movement bersama komunitas-komunitas seni jalanan (street art) dari studio seni lainnya menginisiasi mural unik di Klender, Jakarta Timur, pada Rabu (10/8). Mural yang mereka buat mengutip pidato Soekarno dan mengenang ulama Betawi, Haji Darip, dengan tema ketahanan pangan.
"Aku bertanja kepadamu, sedangkan rakjat Indonesia akan mengalami tjelaka, bentjana, malapetaka dalam waktu yang dekat kalau soal makanan rakjat tidak segera dipetjahkan, sedangkan soal persediaan makanan bagi kita adalah soal hidup atau mati," demikian isi salah satu mural. Pidato ini disampaikan di sela-sela peletakan batu pertama pembangunan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), 27 April 1952, dan tercantum di dalam buku Soal Hidup atau Mati.
Karya ini, terang kurator sekaligus Ketua Komunitas Jakarta Art Movement, Bambang Asrini, menyatakan, bakal mewarnai sejumlah titik tembok yang akan dimural di Jakarta Timur hingga beberapa hari ke depan. Tujuannya, memaknai sakralitas bulan kebangsaan, Agustus, sekaligus menolak lupa atas kesadaran membawa yang pesan lampau yang layak menjadi jejak membangun kolaborasi antarelemen masyarakat dari Jakarta untuk Indonesia yang lebih baik.
"Teks-teks yang provokatif dan revolusioner menyoal pidato Soekarno tentang ketahanan pangan di Bogor dan pertemuan beberapa tahun sebelumnya dengan Haji Darip serta rapat akbar di Klender membawa relevansi nyata dalam usia Republik ke-77 tahun ini," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Diketahui, Haji Darip dikenal karena ketokohannya sebagai ulama dan memimpin barisan perjuangan daerah Jatinegara dan Klender ketika revolusi fisik pada 1945. Dia juga dikenang sebagai pesilat yang menemukan gaya "maen pukulan" khas Betawi selain turut terlibat dalam prebutan gudang-gudang pangan yang berpusat di sekitar Klender-Jatinegara menyusul terjadinya kondisi darurat perang pada Oktober 1945.
Dengan tagar #kolaborasi Jakarta dan #kolaborasi Indonesia, terang Bambang, Komunitas Kolaborasi mengadakan serangkaian kegiatan kultural sejak 31 Juli lalu. Kegiatan tersebut disebut tumbuh secara organik dari akar-akar masyarakat menengah hingga terbawah, seperti menggandeng komunitas Jakarta Art Movement dengan membuat mural.
Ketua Komunitas Kolaborasi, Sonny Muhammad, menambahkan, "Komitmen Komunitas Kolaborasi untuk bersama-sama memaknai bulan Agustus yang sakral ini adalah menggandeng sebanyak mungkin warga, profesional, dan seniman, serta siapa pun untuk berbuat bersama dan berkarya memberi untuk Ibu Pertiwi."
Kelompok warga yang berkolaborasi dengan Komunitas Kolaborasi terdiri dari aktivis, orang-orang kreatif, hingga pekerja seni, seperti aktor teater, penari, penulis skenario film, para musisi, penyanyi, tim paskibraka, pelajar, anggota The Jak Mania yang menamakan dirinya GoJak, juga elemen-elemen dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Seniman dari studio Papatong Artspace, Yeni Fatmawati, menyatakan, pesan mengingat kembali perjuangan Haji Darip juga dicantumkan pada mural dalam rangka pergantian nama Jalan Bekasi Timur.
"Mural itu sebenarnya sesuai penggantian nama Jalan Haji Darip dari yang lama, Jalan Bekasi Timur, yang merupakan penghargaan bagi masyarakat Betawi. Sebab, ulama kharismatik seperti Haji Darip layak menjadi salah satu nama jalan baru yang diubah Pemprov DKI Jakarta," jelasnya.
Pada kesempatan sama, seniman lain sekaligus kurator, Selo Riemulyadi, menerangkan, perspektif psikogeografis menjadi pemandu para seniman dalam membuka kembali saksi-saksi sejarah dengan mewawancarai pemukim lokal selama ratusan tahun. "Data-data rekaman video-video lampau serta akses data-data digital lainnya pun menguak isu lokal dan dunia soal krisis pangan."