Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menyebutkan, puncak pandemi hanya bisa diukur ketika jumlah pengujian (testing) Covid-19 meningkat, dan masyarakat disiplin dengan protokol kesehatan
“Testing kita tidak bisa mengejar secepatnya untuk ke puncak. Lalu, kelakuan kita yang tidak mau disiplin. Kalau kita disiplin maka tidak akan ada kasus baru, artinya puncaknya sudah tercapai,” ujar Ketua Umum IAKIMI Ede Surya Darmawan, saat dihubungi Alinea.id, Minggu (6/9).
Berdasarkan laporan harian Covid-19 di website Kementerian Kesehatan, jumlah tes spesimen pada Minggu (6/9) sebanyak 27.979. Namun, angka tersebut tidak berarti jumlah orang yang melakukan tes sama dengan jumlah spesimen, karena satu orang yang melakukan tes akan menghasilkan dua sampai tiga spesimen. Artinya, jumlah orang yang telah melakukan tes bisa saja lebih rendah dari angka tersebut.
“Saya berharap jumlah testing yang dilakukan pemerintah bisa naik menjadi 32.000 orang per hari,” katanya.
Dia berpendapat, tidak ada salahnya untuk mengharapkan pemerintah melakukan perbaikan dalam menangani pandemi, tetapi masyarakat juga perlu menumbuhkan kesadaran untuk disiplin protokol kesehatan. Apalagi masih banyak masyarakat yang kalau disuruh untuk tidak mau disiplin, itulah sebabnya rasa disiplin ini haru muncul dari diri sendiri.
“Mari kita tuntut diri sendiri untuk melakukan perubahan. Perubahannya juga murah, mudah, dan bisa dilakukan semua orang. Biasakan hidup bersih, rajin mencuci tangan, dan selalu memakai masker saat ke luar rumah. Perkuat daya tahan tubuh, olahraga, istirahat cukup juga perlu” tutupnya.
Jumlah pasien yang terkonfirmasi coronavirus disease 2019 atau Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan 3.444 kasus pada Minggu (7/9) sehingga positif menjadi 194.109, sembuh 138.575, dan meninggal 8.025.