Indonesia dinilai memiliki potensi energi terbarukan luar biasa mencapai 432 GW. Namun, hanya 10,3 GW saja yang sudah dimanfaatkan secara komersial.
Laju rata-rata penambahan kapasitas pembangkit energi terbarukan yang terpasang dalam 10 tahun terakhir (2010-2019) hanya 334 MW per tahun, jauh tertinggal dari Vietnam yang bisa mencapai 1.745 MW per tahun.
Wakil Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyampaikan, hal ini merupakan tantangan besar karena Indonesia masih bergantung kepada energi bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik, proses industri, transportasi, dan lain-lain. Pihaknya menyadari bahwa sudah seharusnya beralih kepada energi terbarukan.
“Kita hanya punya waktu kurang lebih tiga puluh tahun untuk melakukan tranformasi sistem energi kita. Membangun infrastruktur energi bersih dan pada saat yang bersamaan mendorong investasi energi terbarukan pada skala yang jauh lebih besar,” ucapnya dalam Webinar "Renewable Energy: Siapkah Indonesia Tanpa Energi Fosil", Selasa (2/3).
Di Forum yang sama, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, seharusnya sudah memulai menggarap energi terbarukan lebih jauh lagi dan komitmen pihak terkait harus ada.
Dalam kebijakan ini, jelasnya, dibutuhkan sebuah kolaborasi dari berbagai lapisan, mulai dari pihak swasta, BUMN, dan pihak berkompeten lainnya.
“Intinya kita mesti memulai dan komitmen itu harus ada. Dan kalau bisa berkolabrasi dari swasta, BUMN, aktivis kita jadi satu terus bisa melaksanakan bisa jadi hasil yang paling bagus,” ucap Ganjar.
PLN, lanjutnya, perlu dibantu dari berbagai sektor agar berhasil dalam mentransisi dari menggunakan energi fosil ke energi terbarukan untuk masa depan generasi mendatang yang lebih cerah.