Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengaku Indonesia belum bisa menerima pasokan vaksin Pfizer. Lantaran belum memiliki fasilitas penyimpanan vaksin yang memenuhi standar jenis vaksin mRNA.
"Mereka (vaksin Pfizer) harus disimpan pada suhu -70 derajat celsius. Ini sesuatu hal yang Indonesia belum (kita) miliki sama sekali," kata Honesti dalam webinar bertajuk "Tantangan dan Solusi Distribusi Vaksin Covid-19 di Indonesia" Sabtu (27/3).
Perusahaan farmasi pelat merah, seperti Bio Farma, hanya memiliki alat rantai dingin atau cold chain storage di pusat produksi. Atas dasar itu, dia masih mempertanyakan kesiapan fasilitas penunjang penyimpanan vaksin Pfizer bila sudah tiba di Indonesia.
"Provinsi, kota, dan pusat layanan kesehatan tidak memiliki sama sekali storage yang sampai -70 derajat celsius;" kata Honesti.
Kesiapan cold chain storage dinilai penting. Pasalnya, alat itu tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk menyimpan vaksin Pfizer. Tetapi juga dapat dipakai untuk meyimpan jenis vaksin mRNA.
Hal itulah yang menyebabkan ketidaksiapan Indonesia menerima supply vaksin dari Pfizer. Padahal, Indonesia sudah melakukan pembicaraan kepada Pfizer terkait banyaknya vaksin yang mereka bisa kirim ke Indonesia.
Seperti diketahui, Indonesia bakal memesan 50 juta dosis vaksin Pfizer. Hal itu terlihat dari materi paparan rapat Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dengan XI DPR RI pada Rabu (17/3).
Dalam paparan itu menyebutkan, vaksin Pfizer akan didatangkan melalui jalur bilateral atau memesan langsung ke produsen vaksin. Kedatangan vaksin Pfizer diperkirakan terjadi pada kuartal III-2021 hingga kuartal I-2022.
Vaksin Pfizer merupakan produk vaksin Covid-19 pertama yang mendapat izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Berdasarkan data uji klinis di Amerika Serikat (AS), vaksin ini memiliki efikasi sebesar 95% dari infeksi Covid-19.