close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga memilah sampah dengan latar bangunan yang tergenang rob (air pasang laut) di Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (16/10)./ Antara Foto
icon caption
Warga memilah sampah dengan latar bangunan yang tergenang rob (air pasang laut) di Muara Baru, Jakarta Utara, Rabu (16/10)./ Antara Foto
Nasional
Rabu, 06 Oktober 2021 20:20

Ini langkah bijak agar Jakarta tidak tenggelam

Peringatan itu kembali jadi perhatian publik luas karena pernyataan Presiden Joe Biden.
swipe

Eksploitasi air tanah yang berlebihan membuat tanah di Jakarta ambles. Tanpa upaya serius untuk menghentikan laju penurunan tanah itu, ibu kota dan sekitarnya akan tenggelam dalam beberapa tahun ke depan. 

Kapan waktunya, tidak mudah memperkirakannya. Diakui Eddy Hermawan, profesor riset pada Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer–Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), peringatan Jakarta bakal tenggelam sudah muncul sejak 2008. 

Peringatan itu kembali jadi perhatian publik luas karena pernyataan Presiden Joe Biden. "Penyataan Joe Biden bahwa Indonesia harus memindahkan ibu kotanya karena akan berada di bawah air tentu menjadi perhatian media massa," ujar Eddy Hermawan dalam diskusi bertajuk "Benarkah Jakarta dan Pantura akan Tenggelam?", Rabu (6/10).

Presiden Amerika Serikat (AS) menyebut, Jakarta bakal tenggelam itu saat menyinggung bahaya pemanasan global ketika berpidato di Kantor Direktur Intelijen Nasional, 27 Juli lalu. Saat itu, Biden menyebutkan, dampak pemanasan global bisa mencairkan es di kutub dan menaikkan permukaan air laut sehingga Jakarta tenggelam dalam 10 tahun ke depan. 

"Apa yang terjadi di Indonesia jika perkiraannya benar bahwa dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena akan tenggelam?" kata Biden. 

Benarkah Jakarta akan tenggelam dalam waktu 10 tahun lagi? Eddy Hermawan membantah itu. Ia mengasumsikan terdapat tiga faktor utama yang membuat Jakarta tenggelam, yaitu meningkatnya sea level rise (SLR), menurunnya land subsidance (LS), dan adanya faktor lokal (daerah rawa/dataran rendah).

"Langkah bijak yang harus dilakukan untuk menyikapi prediksi tenggelamnya Jakarta, yaitu menyiapkan skenario berbasis penggabungan SLR dan LS dengan berbagai kombinasi data SLR dan LS menggunakan teknik spasial-temporal analysis," kata Eddy.

Eddy juga mengingatkan beberapa daerah di Indonesia terancam tengggelam. "Masyakarat harus seoptimal mungkin mencegah kerusakan lingkungan serta mempertimbangkan pembuatan bitting gesik dan hutan mangrove. Karena ini telah terbukti cukup efektif dalam meredam laju masuknya Rob ke daratan," kata dia.

Senada dengan Eddy, Robert Delinom, profesor riset bidang Geoteknologi–Hidrologi Air Tanah BRIN menjelaskan penyebab tanah di Jakarta ambles. Tanah ambles itu terjadi karena empat faktor, yaitu kompaksi batuan, pengambilan air tanah secara berlebihan, pembeban bangunan, dan aktivitas tektonik.

"Solusi untuk mencegah Jakarta tenggelam dalam jangka pendek dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar memahami masalah ini," kata Delinom.

Dalam jangka panjang, jelas dia, harus ada integrasi tuntas terkait penyelesaian masalah, yaitu kombinasi konsep mitigasi dan adaptasi yang tidak tumpang tindih, zero run off dan no land subsidence city, serta merubah pola pikir masyarakat.

Delinom juga menyarankan perlu upaya mitigasi dengan melakukan pembangunan 'pertahanan' di garis pantai, pembangunan 'pertahanan' di sungai dan bantarannya, membuat 'tempat parkir' air, dan mengantisipasi penyebab penurunan tanah.

img
Achmad Rizki
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan