Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Dodik Ridho Nurrochmat, menyebut, Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan terbesar di dunia. Nyaris 5.000 ton sampah makanan dihasilkan setiap harinya. Sayangnya, sekitar 50% dari total 4.280 bank sampah yang masih aktif.
"Indonesia sudah memiliki bank sampah dengan jumlah hampir 5.000, tetapi yang masih aktif itu hanya 50%," ujarnya dalam webinar yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemenristek/BRIN, Jumat (12/3).
Dirinya melanjutkan, IPB menerapkan 4 tahapan implementasi ekonomi sirkular, yakni kebijakan, peraturan, implementasi, dan perilaku budaya. "Tahap perilaku budayalah yang paling penting karena perilaku masyarakat Indonesia masih belum memiliki perilaku yang bijak dalam pembuangan sampah."
Selain itu, masyarakat belum terbiasa menerapkan pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle), dan mengurangi (reduse) atau 3R. Yang cenderung diterapkan hanya reuse seperti tas atau memakai kertas bekas yang digunakan kembali sebagai pembungkus gorengan.
"Sebetulnya reuse itu harus dilakukan terlebih dahulu dibandingkan dengan recycle. Eropa merupakan negara yang sudah mengunakan recycle. Berbanding terbalik dengan Indonesia," jelasnya.
"Mengapa reuse didahulukan dari recycle? Karena recycle membutuhkan energi atau sumber daya yang jauh lebih tinggi dibandingkan reuse. Misalnya konsep plastik ramah lingkungan yang semestinya bukan plastik yang mudah diurai, namun itu tidak menjadi masalah. Permasalahannya, yaitu plastik berjenis seperti itu sangat mahal," sambung dia.
Dodik menambahkan, sampah organik menjadi sampah terbanyak yang ada di Indonesia. Ini berdasarkan kajian IPB di 47 titik pengamatan selama 8 hari pada 2018.
"Kita sudah memiliki profil timbulan sampah dan ini harus dilakukan sebelum membuat bank sampah sebelum membuat analisis yang lain. Maka analisis timbulan sampah harus dilakukan di satu tempat. Berdasarkan kajian timbulan sampah tersebut, hasil sampah yang paling banyak adalah sampah organik.” urainya.
Baginya, urutan ideal pemanfaatan sampah dimulai dari makanan (food), pakan (feed), pupuk (fertilizer), dan bahan bakar (fuel).
"Dari sampah itu tidak bisa untuk food. Dari sampah itu bisanya feed, sedangkan limbah seperti limbah kelapa sawit itu bisa untuk food. Beberapa supermarket dan hotel di Bandung, sisa makanan sayuran akan diberikan untuk hewan dan untuk sisa makanan lainnya digunakan untuk kompos tanaman," tutupnya.