William Yani, politikus PDI Perjuangan menginterupsi pengesahan perubahan APBD tahun anggaran 2018 pada paripurna yang digelar DPRD DKI Jakarta, Kamis pekan lalu.
Ia kembali mengingatkan Gubernur Anies Baswedan mengenai program kerja yang mandek di tengah jalan. Bahkan, mangkrak tak jelas progresnya.
Salah satu yang disoroti William adalah program one karcis, one trip atau dikenal sebagai sebutan OK OTrip. Ia menyebutkan, program subsidi transportasi bagi warga Jakarta itu tak jelas konsepnya.
Kritikan senada sebelumnya juga sering dilontarkan Fraksi PDIP di DPRD DKI Jakarta. Terus diulangnya ujicoba OK OTrip hingga tiga kali berturut-turut dianggap PDIP merupakan tanda kegagalan program yang digadang-gadang Anies-Sandi pada tahun pertama kepemipinannya.
"Karena tak kunjung terealisasi sesuai dengan target dan bisa dibilang sama sekali gagal," ungkap Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, medio Juli lalu.
Kegagalan tersebut, menurutnya, dapat dideteksi langsung dengan enggannya pengusaha angkutan umum bergabung dalam program tersebut. Ketika itu, Gembong mengatakan, baru ada 123 angkutan yang bergabung OK OTrip dari target sebanyak 2.000 armada.
"Artinya, program itu tidak menarik bagi pengusaha angkutan," terangnya.
Sandiaga Uno yang saat itu masih menjabat sebagai wakil gubernur aktif menilai wajar kritikan PDIP sebagai partai oposisi di pemerintahan DKI Jakarta. Meski dalam jumlah armada yang masih sedikit, ia mengklaim jumlah penumpang OK OTrip terus melonjak.
"Menyebut gagal itu saya rasa terlalu menjatuh-jatuhkan diri sendiri. PDI Perjuangan lagi menjalankan tugas politik, apa yang Anies-Sandi lakukan pasti dibilang salah, tidak apa-apa," kata Sandi ketika itu.
Di luar celaan yang kerap dilontarkan PDIP dan klaim penumpang OK OTrip yang mengalami peningkatan, Gubernur Anies Baswedan secara resmi menghapus nama program tersebut setelah sembilan bulan diuji coba.
Ia mengatakan, penggunaan nama yang selama itu telah mengintegerasikan antara Transjakarta dengan angkot dan bus kecil hanyalah sebuah eksperimen. Pemprov DKI ke depan menginginkan sebuah nama yang memiliki makna integrasi.
Meski demikian, Anies enggan menyebutkan dengan gamblang nama tersebut dengan dalih proses finalisasi dan mematangkan program tersebut.
"Harapannya kan LRT, MRT, BRT, medium bus, dan micro bus terintegerasi dalam satu sistem. Payungnya itulah yang akan menjadi nama (alat) transportasinya," ungkap Anies pada konfrensi pers di Balai Kota, Senin (1/10) kemarin.
Pada kesempatan itu, Direktur Utama PT Transjakarta Budi Kaliwono mengklaim terjadinya kenaikan penumpang dari Agustus ke September 2018 adalah sebesar 3,5%. Budi pun sempat menyampaikan keinginan Gubernur Anies yang menghendaki adanya penerapan tarif baru pada program integrasi tersebut.
Meski akan mengginakan nama baru, Budi memastikan bahwa kartu OK OTrip yang telah banyak dimiliki pelanggan Transjakarta akan tetap berlaku.
"Jadi jangan khawatir, kartu OK Otrip tetap berlaku untuk tapping di semua transportasi massal, khususnya angkot yang sudah tergabung dengan OK OTrip," tandas Budi.