close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sepakat bersatu menghadapi diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara bertetangga tersebut oleh Uni Eropa. /  Antara Foto
icon caption
Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sepakat bersatu menghadapi diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara bertetangga tersebut oleh Uni Eropa. / Antara Foto
Nasional
Sabtu, 10 Agustus 2019 07:11

Jokowi dan Mahathir sepakat perangi diskriminasi sawit Uni Eropa

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan bilateral ke Malaysia untuk membahas berbagai isu dengan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.
swipe

Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad sepakat bersatu menghadapi diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara bertetangga tersebut oleh Uni Eropa. Kesepakatan tersebut dicapai dalam kunjungan resmi Presiden Joko Widodo ke Malaysia.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut serta bersama Presiden dalam kunjungan resmi ini menerangkan bahwa kedua pemimpin berbicara dan membahas beberapa hal.

“Salah satunya komitmen untuk bersatu melawan diskriminasi produk kelapa sawit kedua negara, dan upaya mengintensifkan negosiasi penyelesaian masalah perbatasan,” kata Retno di Singapura, Jumat (9/8).

Retno menjelaskan, Indonesia dan Malaysia memiliki komitmen tinggi dalam isu pengolahan dan pengelolaan sawit yang berkelanjutan. Indonesia juga telah memiliki sertifikasi sawit dan data-data ilmiah yang dapat dipakai untuk perbandingan.

"Kedua pemimpin memiliki komitmen yang tinggi untuk meneruskan perlawanan terhadap diskriminasi sawit," tutur Retno.

Sementara, ASEAN dan Uni Eropa telah sepakat membentuk working group on palm oil. Indonesia menilai bahwa persamaan persepsi mengenai kerangka kerja working group tersebut penting untuk dilakukan. Tanpa persamaan persepsi dikhawatirkan working group tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.

"Jadi, pendekatan kita adalah pendekatan yang terbuka. Mari kita bekerja sama. Tapi ya sekali lagi, kalau ajakan kerja sama itu tidak dan terus menerus kita terdiskriminasi ya pastinya Indonesia dan Malaysia tidak akan diam. Kita akan melawan," ucapnya.


Di samping isu sawit, menurut Retno, keduanya juga membahas pendidikan bagi para anak dari warga negara dan tenaga kerja Indonesia yang berada di Malaysia. Jokowi dan Mahathir juga membahas community learning center (CLC) yang dibangun kedua negara.

Sejauh ini, Indonesia telah memiliki beberapa CLC di wilayah Sabah dan Serawak. Namun, untuk wilayah Semenanjung Malaysia, hingga saat ini masih belum terdapat CLC yang sangat penting bagi perkembangan pendidikan anak-anak Indonesia yang berada di Malaysia. Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo meminta bantuan PM Mahathir agar dapat membangun CLC di kawasan tersebut.

"Isu ini sudah mulai dibahas oleh Presiden dan Perdana Menteri Malaysia sejak beberapa waktu yang lalu. Jadi tadi pada saat pertemuan Presiden mengatakan bahwa Perdana Menteri Malaysia memberikan komitmen untuk memperhatikan permintaan Indonesia," ucapnya.

Kemudian, dalam kesepakatan berikutnya, keduanya akan mengintensifkan pembicaraan dan negosiasi seputar perbatasan kedua negara. Pembahasan soal perbatasan tersebut meliputi perbatasan di laut maupun darat.

"Kita memiliki perbatasan yang cukup banyak dengan Malaysia baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. Kedua pemimpin sepakat untuk mengintensifkan negosiasi baik untuk darat maupun laut sehingga dapat menghasilkan kemajuan," ujar Retno.

Selepas kunjungan resmi ke Malaysia ini, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana langsung bertolak menuju Singapura memenuhi undangan perayaan Hari Nasional Singapura dari PM Singapura. Selain Presiden Republik Indonesia, Sultan Brunei Darussalam dan PM Malaysia juga diundang serta hadir dalam perayaan itu. (Ant)

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan