Penuntasan permasalahan stunting menjadi salah satu target pemerintah Indonesia dalam segi pengembangan sumber daya manusia. Dalam hal ini, pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia turun di bawah 14% pada 2024.
Terkait hal ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan agar penanganan stunting dilakukan seperti pengendalian pandemi Covid-19. Hal itu disampaikannya di hadapan ratusan kepala daerah dalam Rakornas Kepala Daerah dan Forkopimda seluruh Indonesia di Sentul International Convention Center, Jawa Barat, Selasa (17/1).
"Target kita di 2024 harus berada di bawah 14%, bukan hal yang mudah. Tetapi, sekali lagi, kalau kerja keras kita seperti saat kita bekerja mengatasi pandemi, saya yakin ini bukan persoalan yang susah diselesaikan," kata Jokowi dalam sambutannya.
Angka stunting pada 2014 adalah sebesar 37%. Angka ini mengalami penurunan pada 2021 menjadi 24%, dan kembali turun di angka 20%-21% pada 2022.
23% penyumbang stunting adalah bayi yang masih dalam kandungan atau belum lahir. Oleh karena itu, Jokowi meminta jajaran kepala daerah menginstruksikan kepada dinas terkait untuk menyuarakan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil.
"Perlu saya ingatkan pada kepala daerah,agar dinas (kesehatan) dan BKKBN mengingatkan terus mengenai pentingnya gizi bagi ibu hamil. Dicek apakah anemia atau tidak, dicek benar karena kunci ada di situ," ujar Jokowi.
Kemudian, 37% penyumbang stunting adalah pascakelahiran yakni, pada usia anak 0-23 bulan. Menurut Jokowi, penyelesaian permasalahan stunting pascalahir cenderung lebih sulit.
Ia mengingatkan, dalam upaya intervensi untuk penanganan stunting pada bayi yang telah lahir, perlu diberikan asupan makanan alami yang tinggi protein dan zat besi. Bukannya memberikan makanan yang sudah diproses seperti biskuit atau bubur instan untuk anak di rentang usia tersebut.
"Beri yang namanya protein-protein hewani, yang tinggi zat besinya, bisa itu, saya kira semua sudah tahu. Hati ayam, telur, teri nasi, ini kita harus mengerti. Kalau enggak mengerti, bagaimana bisa mengintervensi? Sekali lagi, makanan alami itu akan semakin baik," tuturnya.
Jokowi juga mengingatkan pentingnya monitoring terhadap kondisi ibu baik sebelum atau sesudah melahirkan. Pemantauan ini dapat dilakukan secara aktif oleh puskesmas atau pos pelayanan terpadu (posyandu) untuk membantu calon ibu atau ibu yang memiliki balita.
"Ingatkan mengenai anemia, ini harus dicek. Ingatkan mengenai ASI eksklusif selama enam bulan. Dan yang paling penting juga untuk memonitor yang ada di lapangan, karena setiap ibu itu harus diintervensi dengan cara-cara yang berbeda," kata Jokowi.
Ditegaskan Jokowi, kualitas sumber daya manusia yang baik dan produktif akan mendukung kemajuan negara. Utamanya, dalam rangka menyambut bonus demografi yang puncaknya berada pada 2030-2035.
"Kalau SDM kita tidak berada pada posisi yang baik sehingga memiliki produktivitas baik, hati-hati. Bukan keuntungan yang akan kita dapat, tetapi akan memberikan beban yang besar kepada negara. Sehingga, stunting harus menjadi target penyelesaian bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia," tutur dia.