close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Presiden Jokowi memecahkan rekor approval rating selama 8 tahun berkuasa karena angkanya pada April 2023 mencapai 75,5%. Foto BPMI Setpres/Muchlis Jr
icon caption
Presiden Jokowi memecahkan rekor approval rating selama 8 tahun berkuasa karena angkanya pada April 2023 mencapai 75,5%. Foto BPMI Setpres/Muchlis Jr
Nasional
Rabu, 19 April 2023 18:01

Tembus 75,5%, Jokowi pecahkan rekor approval rating 8 tahun berkuasa

Burhanuddin berpendapat, tingginya kepuasan publik tidak lepas dari kerja-kerja tim ekonomi, salah satunya dalam mengendalikan inflasi.
swipe

Kepuasan publik (approval rating) terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada April 2023 mencapai rekor, yakni 75,5%. Merujuk hasil survei Indikator Politik Indonesia, angka itu merupakan capaian tertinggi sejak 2014 silam.

“Kalau kami lihat dalam 8 tahun terakhir, survei kali ini paling tinggi,” ungkap Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, dalam paparannya secara daring, Rabu (19/4). Ini memecahkan rekor approval rating tertinggi sebesar 75,3% pada Januari 2022.

Menurutnya, baiknya capaian tersebut tidak lepas dari kerja-kerja tim ekonomi pemerintah. Salah satunya adalah Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, lantaran dinilai sukses mengendalikan inflasi jelang Lebaran.

“Jika dilihat dari data survei, yang banyak dikeluhkan masyarakat biasanya adalah harga bahan pokok. Kalau harga bahan pokok stabil, secara teknokratis menjadi peran Menteri Perdagangan,” ucapnya. “Kredit poinnya tetap ke Presiden.”

Pada kesempatan sama, Pemimpin Redaksi BTV, Primus Dorimulu, berpendapat, tingginya kepuasan publik ini tidak lepas dari kepiawaian Jokowi dalam menjaga stabilitas politik. Padahal, Kepala Negara bukanlah pimpinan partai politik (parpol).

"Dalam politik yang stabil baru kita bisa bangun ekonomi. Kalau politik tidak stabil, tidak bisa," katanya..

"Jokowi tidak punya partai, tapi karena kepiawaian dia bisa dapat dukungan dari partai. Tidak hanya partai pengusung dia [pada] 2019, tapi setelah dia menang, demi menciptakan stabilitas, dia rangkul Prabowo dan Sandiaga Uno untuk stabilitas," sambungnya. Prabowo-Sandi adalah rival Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Menurut Primus, Jokowi mengutamakan stabilitas politik lantaran memahami risiko yang terjadi jika polarisasi dibiarkan berlarut-larut. Dicontohkannya dengan berbagai negara yang hingga kini tidak bisa maju lantaran terus dilanda perang saudara.

Kemudian, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengalami sendiri ekses Pilpres 2014, di mana perpecahan berlanjut hingga 5 tahun kemudian. Karenanya, Jokowi memutuskan merangkul Prabowo-Sandi usai Pilpres 2019.

"Dia ingin Indonesia bersatu," ucapnya. "Kalau hari ini kita dengan penjelasan Presiden Jokowi, dia ingin pada Pemilu 2024 jangan sampai ada kandidat yang bertarung meninggalkan residu perpecahan. Itu yang kira-kira ada di kepala Jokowi."

Selain stabilitas politik, tingginya kepuasan publik terhadap Jokowi ditopang kemampuan menjaga perekonomian, termasuk saat pandemi Covid-19. Apalagi, dunia saat ini di bawah bayang-bayang resesi, kenaikan suku bunga, dan masalah geopolitik.

“APBN kita cukup kredibel. Kredibilitas fiskal penting sekali karena itu buat investasi masuk karena kita tahu produk-produk kita dari sisi permintaan dibentuk dari belanja publik kontribusinya 56%, investasi 32%, Kita pro investasi asing masuk selain pengusaha lokal. Ini hanya mungkin kalau ada fiskal yang stabil dan didukung BI (Bank Indonesia),” urainya.

Indikator menyusun survei ini pada 8-13 April 2023 dengan melibatkan 1.212 responden melalui sambungan telepon. Toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.

img
Fatah Hidayat Sidiq
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan