Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram dengan kondisi Sungai Citarum yang saat ini sudah lampu kuning karena polusi. Karena itu, ia meminta jajaran kabinetnya untuk segera merehabilitasi sumber air bagi sekitar 27,5 juta penduduk, baik di Jawa Barat maupun DKI Jakarta. Termasuk 80% air minum penduduk Jakarta berasal dari Citarum.
"Kita mendengar pencemaran di aliran Sungai Citarum sudah pada posisi kuning, lampu kuning, sehingga kenapa kita cepat-cepat mengejar agar di hulu tata ruang wilayah, konservasi, rehabilitasi lingkungan betul-betul kita kerjakan. Jangan dirusak, begitu pula dengan pengelolaan DAS (daerah aliran sungai)," ujar Jokowi seperti dikutip dari Antara, Rabu (17/1).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengingatkan jangan sampai Citarum menjadi tempat pembuangan limbah raksasa oleh pabrik-pabrik yang berada di kanan kiri sungai. Sungai Citarum mengalir dari hulu di Gunung Wayang, selatan kota Bandung, dan mengalir ke utara dan bermuara di Laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota.
"Harus ada pendekatan dengan solusi kepada pabrik-pabrik yang ada, tapi kalau (pabrik-pabrik) sulit mengikuti, pendekatan hukum tegas harus dilakukan supaya ini tidak keterusan," sambungnya.
Jokowi pun meminta masukan para tokoh masyarakat untuk mencari solusi pencemaran Sungai Citarum. Terlebih berdasarkan catatan sang Presiden, sekira 2.400 perambah hutan, hampir semua petani, petani kentang dan wortel, perlu solusi memindahkan mereka dari kentang ke produk-produk lain yang ramah terhadap lingkungan.
"Saya menyadari Sungai Citarum punya arti yang penting bagi sejarah masyarakat Pasundan, juga punya nilai ekonomi dan sosial bagi masyarakat Jawa Barat dan juga DKI Jakarta. Telah 14 kali kami melakukan rapat mengenai Citarum ini dan pada malam hari ini kami mohon masukan, saran dari bapak ibu sekalian," papar Jokowi.
Meski demikian, Jokowi memastikan pemerintah sudah membuat "timeline" aksi Citarum selama 2018. Ia memperkirakan, jika dikerjakan secara cepat dan terus-menerus, maka akan selesai selama 7 tahun.
"Kolam retensi akan sangat mengurangi banjir di Depok, dan tahun depan sodetan dan terowongan dibuat, tapi kalau fisik-fisik begini tidak diikuti penataan di hulu, penanaman di hulu, saya kira tidak ada ada artinya," tandasnya.