Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia merupakan anugerah. Namun, jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi sebuah musibah. Untuk itu, kelestarian dan keberlanjutan alam harus benar-benar diseimbangkan antara kepentingan ekonomi dan kepentingan-kepentingan yang lainnya.
“Penangkapan ikan harus dilakukan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi juga harus terukur dan juga dijamin keberlanjutannya tidak hanya diambili terus tetapi bisa habis karena tidak terukur, tidak terkalkulasi. Penambangan bisa dilakukan tetapi juga terukur, dikendalikan, dan harus dijamin pengelolaannya pascapenambangan," ujar Presiden secara virtual dalam acara ‘Pengarahan Presiden RI pada Peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 LKNRI’ melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (13/10).
"Industri kehutanan, perkebunan juga bisa kita kembangkan tetapi juga harus dilakukan dengan menjamin keberlanjutan dan menjaga kekayaan hayati kita,” lanjutnya.
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, pemerintah dan masyarakat perlu menjamin dan meningkatkan nilai tambah. “Ini nilai tambah ini penting sekali, nilai tambah yang maksimal untuk kepentingan nasional kita, untuk kepentingan dalam negeri kita, untuk kepentingan rakyat kita,” ucap Presiden.
Nilai tambah itu, lanjut Presiden, membuat Indonesia sudah mengambil alih beberapa perusahaan asing, seperti Freeport yang sudah 54 tahun dikelola oleh Freeport-McMoRan, dua tahun yang lalu sahamnya telah diambil Indonesia sehingga dari 9% menjadi mayoritas 51%.
Kemudian Blok Mahakam yang sudah 43 tahun dikelola oleh Total dari Perancis, kemudian diambil alih dan diberikan kepada Pertamina 100%. Terakhir, Blok Rokan yang sudah dikelola 97 tahun oleh Chevron juga sudah diberikan 100% kepada Pertamina.
“Sekarang tinggal kita melihat, kita bisa tidak melanjutkan, meningkatkan produksi dari yang sudah kita ambil alih ini. Inilah yang masih menjadi pertanyaan, tetapi kita lihat nanti setahun, dua tahun, tiga tahun nanti akan kita lihat mampukah kita, dan lebih dari itu yang paling penting adalah hilirisasi besar-besaran," bebernya..
"Tidak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah,” imbuh Presiden.
Untuk itu, mantan Wali Kota Solo ini menegaskan kepada seluruh masyarakat agar tidak lagi hanya menjadi ‘tukang tangkap ikan saja’ melainkan harus ada industri pengolahannya. Indonesia, jelasnya, harus bisa menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi, yang mengkombinasikan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan.
“Prinsip ekonomi berkelanjutan ini harus betul-betul kita jaga, kita pegang teguh yaitu melalui green economy dan blue economy. Semua komoditas yang ada harus kita dorong hilirisasi, kita dorong industrialisasi-nya,” tegas Presiden.