Kapal kayu KM Sinar Bangun tenggelam sekitar satu mil dari dermaga Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (18/6) sekitar pukul 17.30 WIB.
Kapal tersebut berangkat dari Dermaga Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Pelabuahan Tigaras, Kabupaten Simalungun. Kapal itu dilaporkan tenggelam di perairan Danau Toba, antara Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir dan Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.
Laporan yang diterima, sebelum tiba di Dermaga Tigaras, tiba-tiba KM Sinar Bangun mengalami oleng akibat pengaruh cuaca buruk berupa angin kencang dan ombak cukup besar. Kapal akhirnya tenggelam, sedangkan penumpang panik dan banyak yang melompat ke perairan Danau Toba untuk menyelamatkan diri
Informasi semula menyebut kapal itu mengangkut sekitar 80 penumpang. Namun, Kepolisian Daerah Sumatra Utara mengatakan jumlah anggota keluarga hilang yang dilaporkan masyarakat, terus bertambah banyak.
Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan di Medan, Rabu (20/6), mengatakan data jumlah kehilangan keluarga di Posko Simanindo, Kabupaten Samosir tercatat 189 orang. Sebelumnya, data jumlah kehilangan keluarga tercatat 105 orang.
"Namun, saat ini tiba-tiba saja, mengenai data jumlah kehilangan keluarga tersebut menjadi bertambah banyak. Penumpang yang mengunakan jasa kapal angkutan itu, melebihi dari yang diperkirakan selama ini," kata mantan Kapolres Nias Selatan itu, dilansir Antara.
Polda Sumut melaporkan seorang penumpang KM Sinar Bangun ditemukan tewas di perairan Danau Toba, Desa Tigaras, Kabupaten Simalungun merupakan warga Aceh Tamiang. Identitas penumpang yang meninggal dunia adalah perempuan atas nama Tri Suci Wulandari berusia 24 tahun. Korban penumpang yang ditemukan tidak bernyawa itu, telah dievakuasi petugas ke Rumah Sakit di Tigaras Kabupaten Simalungun.
Hingga kini, tercatat 19 orang ditemukan selamat terdiri atas 14 laki-laki, lima perempuan, dan satu orang meninggal dunia atas nama Tri Suci Wulandari. Sebanyak 18 penumpang yang selamat itu, belum diketahui identitasnya. Petugas masih melakukan pendataan terhadap penumpang yang selamat agar diketahui pihak keluarga mereka.
Keluarga pasrah
Keluarga korban kapal tenggelam KM Sinar Bangun, pasrah. Selasa (19/6), keluarga korban memadati area Pelabuhan Tiga Ras, terutama di pinggiran dermaga memandang ke Danau Toba melihat tim berputar-putar mencari korban.
Sebagian lain bertahan di Masjid Al-Ikhlas memanjatkan doa untuk penemuan korban dalam keadaan hidup atau mati.
Ketika tim mendekat ke dermaga, spontan mereka berdiri dengan harap-harap cemas berharap pencarian ada hasilnya, tetapi akhirnya mendapatkan kekecewaan.
"Sampai siang, tidak ada lagi yang ditemukan, kami tidak punya harapan lagi," kata Luhut Sitinjak (48), di Pelabuhan Tiga Ras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Selasa.
Begitu pun warga Panei Tongah Kabupaten Simalungun itu berharap tim pencari melakukan upaya maksimal untuk segera menemukan jenazah keluarganya.
Dia menjelaskan, Heri Nainggolan (23), yang merupakan iparnya, selamat dari kecelakaan dengan melompat dari kapal dan ditolong KMP Sumut yang melintas, sedangkan Roi Spenser Sirait (24) belum ditemukan.
Sementara Pemerintah Kabupaten Simalungun memindahkan korban selamat yang dirawat di Kabupaten Samosir ke Pelabuhan Tiga Ras dengan menumpang KMP Sumut.
Kepala Dinas Kesehatan Simalungun Jan Mauresdo Purba mengatakan, keluarga diperkenankan membawa penumpang selamat itu ke rumah masing-masing.
"Kalau pun tetap ingin dirawat, kami rujuk ke rumah sakit Medistra di Lubuk Pakam, Deliserdang," katanya.
BMKG keluarkan peringatan sebelum musibah
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebut telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim seputar Sumatra Utara, sebelum musibah menimpa Kapal Motor Sinar Bangun itu.
"Peringatan dini tidak tersentral diberikan dari pusat saja, karena BMKG memiliki 180 UPT di daerah. Kantor Wilayah I BMKG di Sumut sudah mengeluarkan peringatan dini dua kali pukul 11.00 WIB dan 14.00 WIB pada tanggal 18 Juni 2018," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo.
Masa berlaku informasi peringatan dini cuaca bisa tiga hingga empat jam sebelum digantikan dengan informasi cuaca yang baru, lanjutnya.
Prakiraan di wilayah Samosir akan ada potensi peningkatan cuaca buruk yang signifikan juga sudah disebutkan dalam peringatan dini tersebut.
BMKG mencatat telah terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Samosir. Kecepatan angin tersebut sama dengan 12 knot, dan ini bisa memicu ombak setinggi 75 sentimeter (cm) hingga 1,25 cm.
Jika melihat risikonya, menurut dia, kondisi angin tersebut bisa berbeda dampaknya terhadap kapal. Untuk kapal nelayan dengan tonase kecil bisa terdampak mulai dari skala sedang hingga tinggi.
Informasi-informasi BMKG tersebut, menurut dia, tentu juga diserahkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pengelola-pengelola penyeberangan.