close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Freepik
icon caption
Ilustrasi. Freepik
Nasional
Senin, 25 Januari 2021 15:35

Jumlah anak-anak penderita anemia di Indonesia di bawah standar WHO

Pemenuhan gizi baik perlu dilakukan karena dapat mengatasi anemia selain kekurangan gizi dan obesitas.
swipe

Penderita anemia di Indonesia tergolong tinggi lantaran tidak memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20%, terutama anak-anak hingga remaja.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2018, penderita kekurangan kadar hemoglobin pada balita di tanah air mencapai 38,5%, usia sekolah 26,5%, dan remaja (15-24 tahun) 32%. 

“Ini menggambarkan kita masih butuh perjuangan yang kuat untuk bisa memastikan anak anak kita, anak-anak sekolah, anak-anak remaja kita punya status gizi yang baik,” kata Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen Kemendikbud, Jumeri, dalam webinar, Senin (25/1).

Menurutnya, pemenuhan gizi yang baik dapat mengurangi risiko anemia karena menjadi satu dari tiga beban masalah gizi selain kurang gizi dan kelebihan berat badan (obesitas). Apalagi, pemenuhan gizi yang baik merupakan bentuk investasi seumur hidup bagi diri sendiri.

Sementara itu, Kepala Sekolah Dasar (SD) Negeri Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi, Eti Rusyati, menyatakan, pihaknya mengimplementasikan promosi praktik mengoptimalkan gizi seimbang peserta didik. Melaksanakan Program Makan Bersama Gizi Seimbang (Mabar Zimba), misalnya.

"Mabar Zimba ini tujuannya membiasakan siswa sarapan dengan menu gizi yang seimbang. Ini bisa dilaksanakan di sekolah dan dilaksanakan di rumah," tuturnya.

"Pada waktu belajar dari sekolah, anak secara bersama setiap hari Jumat membawa bekal dari rumah untuk makan bersama setelah salat duha yang diikuti oleh guru-guru dan siswa," sambung dia.

Katanya, Program Mabar Zimba tetap dilaksanakan sekalipun menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) imbas pandemi Covid-19. Kegiatan makan bersama kini diadakan setiap Senin-Jumat dan siswa mengirimkan bukti berupa video atau foto kepada masing-masing wali kelas sebagai bentuk partisipasi.

Eti menambahkan, SD N Leuwigajah Mandiri 1 Cimahi juga melaksanakan Program Sikat Gigi Bersama (Sigiber). Saat belajar dari sekolah, dilaksanakan setiap Rabu usai istirahat makan siang. "Guru memandu bagaimana sikat gigi yang benar."

Seperti Mabar Zimba, Program Sigiber juga dilaksanakan setiap hari sekolah saat PJJ. Namun, peran guru sebagai pemandu digantikan orang tua. Lalu dilaporkan secara bergiliran melalui kelompok kepada wali kelas via foto.

Selain itu, pihak sekolah juga melakukan pembiasaan dalam memilih dan mengonsumsi jajanan saat di rumah. Ini guna melatih keterampilan siswa dalam literasi gizi dengan membaca tanggal kedaluarsa makanan atau minuman kemasan yang dikonsumsi. Orang tua pun didorong menyiapkan camilan buatan sendiri.

img
Zahra Azria
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan