Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pontianak, Kalimantan Barat, semakin pekat dan mengganggu aktivitas masyarakat. Sejumlah sekolah bahkan telah meliburkan kegiatan belajar mengajar untuk menghindari gangguan kesehatan akibat asap.
"Subuh ini udara makin tebal. Ketika menuju ke masjid untuk salat Subuh dari rumah sangat terasa bau asap yang dihirup," kata Tomi Parit, seorang warga Pontianak, Selasa (13/8).
Menurutnya, jarak pandang juga semakin pendek akibat tebalnya kabut asap. Dia memperkirakan pandangan mata hanya mampu menembus jarak sekitar 150 hingga 200 meter.
Tomi mengakui kegiatannya sehari-hari menjadi terganggu akibat kabut asap yang terjadi. Namun, dia mengkhawatirkan dampak kesehatan bagi dirinya dan keluarga.
"Saya dengar-dengar sudah ada beberapa teman yang radang tenggorokan dan lainnya akibat kabut asap," ujarnya.
Akibat kabut asap yang terjadi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak meliburkan TK dan SD. Kebijakan ini berlaku pada 13 dan 14 Agustus 2019.
Kebijakan berbeda diterapkan untuk tingkat SMP/sederajat, dengan pengurangan jam belajar, yakni mulai pukul 09.00 WIB dan pulang seperti biasa. Waktu masuk dimulai lebih lama karena mempertimbangkan tebalnya kabut asap di pagi hari.
Pelaksana Tugas Kadiknasbud Kota Pontianak Syahdan mengatakan, kebijakan ini merupakan perintah wali kota Pontianak.
Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Kalbar, pada Senin (12/8), terdapat 1.124 hotspot atau titik panas di 14 kabupaten/kota di Kalbar. (Ant)