Kapal bermuatan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang bertolak dari Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dilaporkan hilang kontak saat perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
"Iya benar. MT Namse Bangdzhod hilang kontak, posisi terakhir terecord di perairan ujung Karawang arah Tanjung Priok dari Sampit," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sampit, Thomas Chandra saat dikonfirmasi di Sampit, Minggu (6/1).
MT Namse Bangdzhod dengan GT/NT 1128 merupakan kapal berbendera Indonesia. Kapal ini dioperasikan oleh PT Surabaya Shipping Lines yang berkantor pusat di Surabaya.
MT Namse Bangdzhod dinakhodai Muhammad Asdar Wijaya dengan anak buah kapal sebanyak 11 orang yaitu Yanuardin Mendrofa dan Husni Mubarak sebagai mualim, Andi Tasyriq sebagai KKM, Satria Idam Sulistio dan Bambang Mulyono sebagai masinis, Agustinus Piter, Asrun Suriansa dan Dahar sebagai juru mudi, serta Wardani, Ardiyanto dan Dwi Wahyu Sabtono sebagai juru minyak.
"Kapal ini bertolak dari Sampit pada 27 Desember 2018 lalu dan seharusnya sudah di Pelabuhan Tanjung Priok, namun hingga kini belum diketahui keberadaannya," katanya.
Berbagai upaya sedang dilakukan untuk mengetahui keberadaan kapal tersebut.
Namun dia tidak ingin berspekulasi terkait dugaan keberadaan dan kejadian yang dialami kapal tersebut.
"Ditjen Perhubungan Laut melalui Direktorat KPLP, bersama Kantor Syahbandar Tanjung Priok, Basarnas, KSOP Sampit dan pemilik kapal, sedang dan terus mencari tahu atau memonitor keberadaan kapal tersebut," ujar Thomas.
Sekedar diketahui, perompakan kapal yang bertolak dari Sampit pernah terjadi pada 2014 lalu. Sebuah kapal bermuatan minyak kelapa sawit atau CPO yang bertolak dari Sampit, dirompak saat dalam perjalanan menuju Gresik.
Kapal Srikandi 515 mengangkut 3.100 ton minyak sawit berangkat pada 8 Oktober 2014 dan digiring kapal pandu ke luar muara pada 9 Oktober 2014. Seharusnya, paling lama tiga hari sudah sampai Gresik, tapi kemudian dikonfirmasi pada 17 Oktober 2014 bahwa kapal itu belum tiba di Gresik.
Informasi baru diterima 24 Oktober 2014 bahwa nakhoda dan anak buah kapal ditemukan oleh nelayan Malaysia dalam keadaan selamat.
Para perompak akhirnya berhasil ditangkap pada 2015 di Thailand. Para pelaku kemudian dibawa ke Kalimantan Tengah untuk menjalani proses hukum.
Sebelumnya pada 26 Februari 2012, perompakan tugboat dan tongkang bermuatan minyak sawit juga terjadi di perairan Kotawaringin Timur.
Sebanyak 16 anak buah kapal bersama nakhodanya diikat dan dibuang ke hutan di kawasan muara. Untungnya mereka berhasil ditemukan dengan selamat.
Setelah dilakukan pencarian, polisi menemukan tugboat Sindo Ocean dan tongkang Anggada VI bermuatan 3.700 ton minyak sawit tersebut. Saat itu perompak hanya berhasil membawa kabur peralatan navigasi dan harta benda milik ABK dengan nilai diperkirakan mencapai Rp204,56 juta. (ant)