Layanan kesehatan jantung menjadi salah satu prioritas transformasi kesehatan di Indonesia. Pasalnya, layanan jantung yang ada saat ini dinilai belum mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat Indonesia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai, kapasitas layanan kesehatan jantung masih sangat terbatas, dan jumlahnya belum merata di seluruh Indonesia.
“1 dari 1000 masyarakat Indonesia punya potensi serangan jantung, yang bisa dilayani hanya sekitar 25% atau sekitar 25 ribu orang, yang lainnya berpotensi meninggal,” kata Budi dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (30/10).
Selain kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan untuk penyakit jantung, Budi mengungkapkan belum semua fasilitas yang ada mampu memberikan layanan jantung. Bahkan, untuk tindakan sederhana seperti pemasangan ring.
Disampaikan Budi, kurang dari 200 kabupaten/kota yang memiliki rumah sakit dengan fasilitas yang mampu melakukan pemasangan ring. Hal ini disebabkan karena fasilitas pelayanan kesehatan tidak memiliki alat kateterisasi jantung atau Cathlab.
"Saya tahu alat-alatnya kurang, karenanya Kemenkes sudah menyiapkan anggaran sekitar Rp30 triliun sampai tahun 2027 untuk mengatasi penyakit katastropik di Indonesia termasuk jantung,” ujar Budi.
Ditambahkan Budi, selain untuk penanganan penyakit jantung, anggaran tersebut juga akan digunakan untuk mengatasi penyakit katastropik lainnya seperti stroke, kanker, dan ginjal.
Sebelumnya, Budi pernah menyampaikan bahwa penyakit jantung atau kardiovaskular di Indonesia menjadi penyakit yang menyebabkan korban jiwa paling tinggi setiap tahun, yaitu lebih dari 600.000 kematian.
Selain itu, berdasarkan data BPJS Kesehatan, penyakit jantung juga menjadi beban pembiayaan paling tinggi. Yakni, di atas Rp9 triliun yang ditanggung oleh negara.
Budi menilai, hal ini cukup mengkhawatirkan sebab serangan jantung memerlukan penanganan cepat. Sehingga, perlu penindaklanjutan segera dari pihak provinsi dan kota dalam melayani masyarakat yang terkena penyakit jantung.
Oleh karenanya, Budi berharap agar seluruh pihak dapat berkolaborasi untuk menyukseskan promotif dan preventif, dengan menjalankan hidup yang sehat.