Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersyukur atas doa dan harapan yang dilontarkan terhadap institusinya dalam menghadapi sejumlah dinamika internal. Ia meyakini, dengan doa, isu apapun akan dilewati dengan baik tanpa banyak tersangkut dengan hal buruk lainnya.
Sigit mengatakan, tidak hanya melewati dinamika terkini namun juga tetap bisa melaksanakan tugas sebagai polisi di tengah masyarakat. Alhasil, pengayoman dan perlindungan terhadap masyarakat tidak akan tersendat karena isu yang menyerang Korps Bhayangkara.
“Kami sangat berterima kasih karena dapat doa dan dukungan dari seluruh elemen bangsa, selama ini untuk Polri terus bisa melaksanakan tugas-tugas. Kami sedang menghadapi berbagai macam dinamika namun kami yakin dengan kekuatan doa, kami bisa melampaui semuanya,” kata Sigit dalam kegiatan Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Selasa (18/10).
Menurutnya, beberapa isu yang membuat institusinya tersorot ini tidak lain bagian dari pemurnian selayaknya penempaan emas. Maka, ia pun berharap selepas dari pemurnian ini, kepolisian dapat menjadi emas 24 karat di masyarakat.
“Saat ini kita sedang diuji. Ibarat emas kita sedang pemurnian untuk menjadi emas 24 karat untuk menjadi Polri yang dicintai masyarakat dan jadi Polri yang 24 karat di tengah masyarakat,” ujar Sigit.
Sigit juga berharap, polisi dan masyarakat dapat menerapkan sifat-sifat Nabi Besar Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam melaksanakan kegiatan maupun tugas pokok.
Selain itu, harapan besar juga dilontarkan kepada negara ini dalam menghadapi situasi global. Namun, dalam pertumbuhan ekonomi nomor enam di antara negara-negara G20 adalah pencapaian terbaik bagi Indonesia pada situasi global saat ini.
“Ini merupakan karunia dari Allah yang harus kita jaga,” ucap Sigit.
Sebagai informasi, kepolisian sendiri kena terjang berbagai isu yang beruntun menjatuhkan pamornya di antara para penegak hukum. Sebut saja, kasus Sambo.
Perkara yang membuat Brigadir Yosua atau Brigadir J meninggal, langsung mencuri perhatian publik sejak tersangkut nama seorang jenderal bintang dua, Ferdy Sambo. Mantan Kadiv Propam Polri itu kini didakwa atas pembunuhan berencana terhadap Brigadri J yang merupakan ajudannya.
Bersama sang istri, Putri Candrawathi, dan rekan-rekannya, Sambo terancam pidana penjara minimal 20 tahun bahkan seumur hidup atau terburuk, hukuman mati. Belum lagi didakwa atas perkara penghalangan penyidikan pada kasus tersebut.
Tidak lama kasus ini dilimpahkan ke kejaksaan untuk proses sidang. Muncul kembali perkara yang menjatuhkan nama kepolisian di mata masyarakat.
Insiden Kanjuruhan yang menewaskan nyawa ratusan Aremania-sebutan untuk suporter klub Arema FC-pada pertandingan Arema FC kontra Persebaya Surabaya.
Para suporter sempat dianggap membuat kericuhan dan membuat polisi menembakkan gas air mata ke tribun. Mereka pun berbondong menuju pintu keluar namun tak sanggup berdesakan karena sempit dan pintu keluar tribun tertutup rapi.
Meski sudah menetapkan anggotanya dan beberapa penyelenggara pertandingan jadi tersangka, hal itu tidak cukup meyakini publik akan integritas kepolisian. Penyidikan dalam kasus ini pun masih berjalan.
Belum dapat bernafas lega, kepolisian harus menerima lagi adanya jenderal bintang dua mereka yang kini tersangkut perkara pidana. Irjen Teddy Minahasa diduga telah menjual narkotika jenis sabu yang didapatkannya dari barang bukti kasus barang haram lainnya.
Perkara ini pun masih berkutat dengan pemeriksaan Teddy yang tak kunjung dilakukan dalam kapasitasnya sebagai tersangka. Apalagi Teddy beberapa kali enggan diperiksa dan berdalih tidak ingin pengacara dari kepolisian hingga sakit.