Di masa pandemi Covid-19, tenaga kesehatan memiliki risiko yang sangat besar untuk terpapar virus ini karena peran mereka di garis terdepan penanggulangan pandemi.
Masih dalam momen peringatan Hari Kartini, berikut sepenggal kisah tenaga kesehatan perempuan yang telah mendedikasikan waktu, tenaga, bahkan nyawa mereka untuk keselamatan orang lain.
Salah satunya bernama Dina Yulita, petugas pemulasaran jenazah di RSUP Persahabatan, Jakarta.
“Keseharian saya adalah menerima, mengurus jenazah hingga proses pemakaman. Untuk pasien Covid-19, kami juga mengedukasi keluarga pasien mengenai tindak lanjut pemakamannya, dan semua hal itu dilakukan di bawah tanggung jawab dokter spesialis forensik. Rasa khawatir untuk terpapar dan menularkan kepada keluarga tetap masih ada,” ujarnya kepada wartawan.
Selain Dina, ada satu lagi perempuan yang tidak patah semangat meski setiap hari berkontak
dengan pasien Covid-19. Dia adalah Narsfani Martaseli, perawat ruang ICU di RSCM,
Jakarta. “Pada saat pertama kali ditugaskan untuk menangani pasien Covid-19, saya juga takut
tertular. Apalagi di ruang perawatan intensif banyak tindakan yang berisiko menularkan virus
Covid-19,” tutur Narsfani.
Meski tugas Dina dan Narsfani berat dan berisiko, keduanya menganggap hal itu adalah bagian
dari pengabdiannya kepada masyarakat, terutama kepada keluarga pasien. “Saya berusaha
semaksimal mungkin, apa yang saya kerjakan ini dapat membantu keluarga pasien. Ucapan
terima kasih yang saya terima dari keluarga pasien dapat mengobati capek yang saya rasakan.
Saya juga bersimpati kepada keluarga jenazah dan semoga tidak ada lagi korban yang meninggal
karena Covid-19 ini,” ucap Dina.
Nafsari juga menceritakan hal yang sama. “Momen berkesan bagi saya adalah ketika pasien
sembuh, pindah dari ruang perawatan intensif ke ruangan biasa. Apabila pasien itu sembuh
mereka berterima kasih karena kami sudah merawat mereka. Energi positif dari pasien tersebut
menular kepada kami tenaga medis, dan membuat kami terharu,” kisahnya.
Narsfani juga mengisahkan bagaimana ia terpisah dengan keluarga selama beberapa waktu saat
menjalankan tugas, “Saya sempat tidak bertemu keluarga selama empat bulan, kebetulan keluarga
saya bertempat tinggal di Sumatera. Mereka sering menanyakan kapan pulang, tetapi saya tetap
kasih pengertian sama suami dan keluarga suami bahwa di sini kita sedang bertugas,” kisahnya.
Sebagai tenaga kesehatan, Dina telah divaksinasi dua kali. “Setelah divaksinasi, sekarang saya
merasa lebih tenang dalam bekerja. Namun, bukan berarti saya mengabaikan protokol
kesehatan. Dalam bekerja dan sehari-hari, saya tetap menjalankan protokol kesehatan dengan
disiplin,” ujarnya.
Di sisi lain, Narsfani kurang beruntung tidak dapat mengikuti vaksinasi karena dirinya mengidap penyakit akut.
Mengenai sosok Kartini, Dina menggambarkan Kartini sebagai seorang perempuan Indonesia
yang tangguh. “Kartini bagi saya adalah seorang perempuan yang mampu menjalankan tugas
apapun itu, tanpa rasa lelah. Kita bisa setara dengan laki-laki karena hampir semua pekerjaan
yang dilakukan laki-laki bisa dilakukan juga oleh perempuan,” katanya.