close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Antara.
icon caption
Ilustrasi. Foto Antara.
Nasional
Sabtu, 24 April 2021 08:13

Kartini masa kini: Dedikasi nakes perempuan di tengah pandemi

Tenaga kesehatan memiliki risiko yang  sangat besar untuk terpapar virus ini karena peran mereka di garis terdepan penanggulangan pandemi.
swipe

Di masa pandemi Covid-19, tenaga kesehatan memiliki risiko yang  sangat besar untuk terpapar virus ini karena peran mereka di garis terdepan penanggulangan pandemi.

Masih dalam momen peringatan Hari Kartini, berikut sepenggal kisah tenaga kesehatan perempuan yang telah mendedikasikan waktu, tenaga, bahkan nyawa mereka untuk keselamatan orang lain.

Salah satunya bernama Dina Yulita, petugas pemulasaran jenazah di RSUP Persahabatan, Jakarta.

“Keseharian saya adalah menerima, mengurus jenazah hingga proses pemakaman. Untuk pasien Covid-19, kami juga mengedukasi keluarga pasien mengenai tindak lanjut pemakamannya, dan semua hal itu dilakukan di bawah tanggung jawab dokter spesialis forensik. Rasa khawatir untuk terpapar dan menularkan kepada keluarga tetap masih ada,” ujarnya kepada wartawan.

Selain Dina, ada satu lagi perempuan yang tidak patah semangat meski setiap hari berkontak 
dengan pasien Covid-19. Dia adalah Narsfani Martaseli, perawat ruang ICU di RSCM, 
Jakarta. “Pada saat pertama kali ditugaskan untuk menangani pasien Covid-19, saya juga takut 
tertular. Apalagi di ruang perawatan intensif banyak tindakan yang berisiko menularkan virus 
Covid-19,” tutur Narsfani.

Meski tugas Dina dan Narsfani berat dan berisiko, keduanya menganggap hal itu adalah bagian 
dari pengabdiannya kepada masyarakat, terutama kepada keluarga pasien. “Saya berusaha 
semaksimal mungkin, apa yang saya kerjakan ini dapat membantu keluarga pasien. Ucapan 
terima kasih yang saya terima dari keluarga pasien dapat mengobati capek yang saya rasakan. 
Saya juga bersimpati kepada keluarga jenazah dan semoga tidak ada lagi korban yang meninggal 
karena Covid-19 ini,” ucap Dina.

Nafsari juga menceritakan hal yang sama. “Momen berkesan bagi saya adalah ketika pasien 
sembuh, pindah dari ruang perawatan intensif ke ruangan biasa. Apabila pasien itu sembuh 
mereka berterima kasih karena kami sudah merawat mereka. Energi positif dari pasien tersebut 
menular kepada kami tenaga medis, dan membuat kami terharu,” kisahnya.

Narsfani juga mengisahkan bagaimana ia terpisah dengan keluarga selama beberapa waktu saat 
menjalankan tugas, “Saya sempat tidak bertemu keluarga selama empat bulan, kebetulan keluarga 
saya bertempat tinggal di Sumatera. Mereka sering menanyakan kapan pulang, tetapi saya tetap 
kasih pengertian sama suami dan keluarga suami bahwa di sini kita sedang bertugas,” kisahnya.

Sebagai tenaga kesehatan, Dina telah divaksinasi dua kali. “Setelah divaksinasi, sekarang saya 
merasa lebih tenang dalam bekerja. Namun, bukan berarti saya mengabaikan protokol 
kesehatan. Dalam bekerja dan sehari-hari, saya tetap menjalankan protokol kesehatan dengan 
disiplin,” ujarnya.

Di sisi lain, Narsfani kurang beruntung tidak dapat mengikuti vaksinasi karena dirinya mengidap penyakit akut.

Mengenai sosok Kartini, Dina menggambarkan Kartini sebagai seorang perempuan Indonesia 
yang tangguh. “Kartini bagi saya adalah seorang perempuan yang mampu menjalankan tugas 
apapun itu, tanpa rasa lelah. Kita bisa setara dengan laki-laki karena hampir semua pekerjaan 
yang dilakukan laki-laki bisa dilakukan juga oleh perempuan,” katanya.

img
Hermansah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan