close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Warga mengusung poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, S
icon caption
Warga mengusung poster ucapan duka cita untuk mengenang penyanyi campursari Dionisius Prasetyo atau Didi Kempot yang meninggal dunia di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/5). Didi Kempot meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, S
Nasional
Sabtu, 09 Mei 2020 15:59

Karya maestro campursari Didi Kempot banyak disukai masyarakat

Adi menilai, musik mendiang Didi Kempot mengandung unsur bahasa yang mudah dipahami masyarakat.
swipe

Kepergian maestro campursari Didi Kempot menyisakan duka bagi dunia musik Indonesia. Pengamat Seni, Wicaksono Adi menilai, musik mendiang Didi Kempot mengandung unsur bahasa yang mudah dipahami untuk masyarakat. Hal tersebut, yang membuat pelantun Stasiun Balapan lebih digemari dengan musisi campursari Manthous atau Anto Sugiyarto.

Manthous, merupakan pelopor musik campursari yang sukses pada era 90-an, di mana karir Didi Kempot juga sedang melejit. Selain bahasa yang mudah dicerna, pengangkatan kisah yang berhubungan dengan kejadian nyata juga salah satu faktor karya Didi Kempot, lebih banyak digemari masyarakat.

"Manthous ini beda dengan Didi Kempot. Kalau syair-syairnya Manthous ini lebih cenderung ke metaforik, agak kerumitan bahasa jawa. Bagi orang jawa sendiri, lagunya Manthous itu bukan contoh sehari-hari. Tetapi, kalau Didi Kempot lebih ke bawah bahasanya. Jadi sehari-hari, orang biasa," kata Adi, dalam sebuah diskusi virtual, Sabtu (9/5).

Menurut Adi, pemilihan bahasa dan kisah yang kerap terjadi di kehidupan tak lepas dari latar belakang Didi. Mungkin itu, karena Didi Kempot lahir dari jalanan juga. "Manthous ini lahir dari grup kesenian yang hisa dibilang agak elite. Tetapi, keduanya sangat terkenal," tutur dia.

Adi menilai, segmentasi karya Didi Kempot lebih mengarah kepada masyarakat kalangan bawah, sedangkan Manthous sebaliknya. Hal itu, ditenggarai kedua karya musisi besaru memiliki unsur yang berbeda.

"Manthous, karena ada ungkapan bahasa yang lebih metaforik, rumit. Tetapi Manthous, ini tidak seluas Didi Kempot spektrum musiknya," jelasnya.

Di tempat yang sama, Komisaris Utama Balai Pustaka, Hamid Basyaib menilai, formulasi Didi Kempot, untuk menarik minat masyarakat agar menyukai karyanya lantaran pelantun Banyu Langit itu telah memetakan segmentasi musiknya. Didi Kempot dinilai, memilih jalur berbeda dengan Manthous.

"Saya kira Didi Kempot sengaja dengan sadar itu soal pemasaran kan. Dia tahu, Manthous seperti itu, jadi dia pilih yang beda," tutur Hamid.

Hamid mengatakan, formula karya Didi Kempot banyak digemari masyarakat lantaran menulis lagu berdasar pengalaman dari orang-orang sekitar.

"Saya kira secara eksplisit Didi Kempot pernah mengatakan. Membuat lagu selera itu memang enggak terlalu umum itu. Makanya, dia pernah bilang 'saya enggak pakai selera, saya pakai koe.' Jadi, dia dengan sadar memilih market," ujarnya.

img
Achmad Al Fiqri
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan