close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kapolda Metro Jaya saat menunjukkan sketsa terduga penyiram air keras. (foto: Akbar N/Antara)
icon caption
Kapolda Metro Jaya saat menunjukkan sketsa terduga penyiram air keras. (foto: Akbar N/Antara)
Nasional
Rabu, 06 Desember 2017 17:53

Kasus air keras, keluarga Novel tutup tahun dengan pesimis

Sejak awal kasus ini terjadi, kerluarga Novel Baswedan pesimistis akan terungkap.
swipe

Selasa 11 April, menjadi momen yang tak bisa dilupakan bagi Novel Baswedan serta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kala itu, usai salat subuh, ia disiram air keras oleh pria misterius. Akibatnya, kelopak mata kiri bagian bawah Novel bengkak dan berwarna kebiruan. Tak hanya itu, ia juga mengalami bengkak di dahi kiri karena terbentur pohon saat mencari pertolongan.

Sempat dirawat di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, penyidik senior KPK itu pun dirujuk ke RS khusus mata di Jakarta Eye Center sebelum akhirnya dipindahkan ke Singapura untuk dilakukan penanganan lanjutan sejak 12 April. Tim dokter yang merawat Novel kemudian menanamkan jaringan kulit pipi bagian dalam ke kulit mata kanan. Selain itu, mata kiri suami Rina Emilda itu ditanami jaringan gusi dalam operasi tahap pertama Agustus lalu.

Namun, itu saja belum cukup. Novel masih akan dijadwalkan untuk menjalani operasi lanjutan, khususnya untuk mata kirinya.

Selama berkiprah di KPK, Novel dikenal kerap menangani sejumlah kasus besar. Bahkan, tak jarang nama-nama tenar terseret dalam perkara yang digarap mantan Kasat Reskrim Polresta Bengkulu itu. 2004 silam misalnya, ia menyidik kasus suap cek pelawat yang melibatkan Deputi Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom. Di perkara itu, muncul nama Nunun Nurbaetie, yang merupakan istri mantan Wakapolri, Komjen (Purn) Adang Daradjatun.

Selanjutnya, kasus lain yang tak kalah fenomenal ialah korupsi proyek simulator SIM Korlantas Polri yang menyeret Irjen Djoko Susilo, Kakorlantas Polri pada 2012. Setahun berselang, pengungkapan yang juga besar ialah kasus suap yang menyeret nama Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar. Terkahir, korupsi e-KTP yang masih berlangsung hingga kini.

Tak hanya bersinggungan dengan kasus besar, Novel juga menolak mekanisme pengangkatan penyidik dari kepolisian karena dianggap tidak sesuai dengan aturan internal KPK. Penolakan itupun berujung pada pelaporan Brigjen Aris Budiman ke Polda Metro Jaya atas tuduhan pencemaran nama baik pada 13 Agustus 2017.

Sementara pimpinan KPK, menilai kasus penyerangan terhadap Novel juga berarti teror bagi kerja-kerja lembaga antirasuah. Karena itu, KPK menginginkan agar kasus ini segera terungkap.

"Tentu saja KPK sejak awal melihat penyerangan Novel bukan penyerangan individu tapi kami pandang sebagai serangan terhadap kerja-kerja KPK,” jelas Juru Bicara KPK, Febri Diansyah saat memperingati 6 bulan pasca penyiraman air keras terhadap Novel.

Misteri jenderal di kasus air keras Novel Baswedan

26 Juli, Novel Baswedan mennyebut adanya dugaan keterlibatan seorang pejabat Polri berpangkat jenderal pada musibah yang menderanya. Namun, dalam wawancara dengan Najwa Shihab dalam program 'Mata Najwa' itu, Novel enggan menyebut nama sosok yang ia ia maksud. Pernyataan serupa juga sempat terlontar saat Novel tengah diwawancara Time pada awal Juni lalu.

Bahkan, suami Rina Emilda itu menyebut terdapat dua kubu di kepolisian terkait dirinya. Satu kelompok berusaha melindungi, sedangkan kelompok lain berusaha mencari-cari kesalahannya.

Sementara Polri, mengaku kesulitan dalam mengusut kasus air keras karena minimnya bukti. Kapolri, Jenderal Tito Karnavian juga sempat mengajak KPK untuk membentuk tim gabungan untuk menuntaskan kasus itu.

Orang nomor satu di koprs Bhayangkara itu pun juga sudah dipanggil Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat menghadap presiden pada 31 Juli, Tito menunjukkan sketsa orang diduga sebagai penyiram air keras. Namun, tak kunjung tuntasnya kasus ini membuat koalisi masyarakat sipil mendesak dibentuknya tim gabungan pencari fakta (TGPF).

"Kenapa (TGPF) ini perlu? Karena setelah waktu begitu lama, kasus Novel tidak ada penuntasan, dengan kata lain terkatung-katung. Ini bisa mengganggu keberadaan KPK. Kita berpikiran untuk mengusulkan kepada pimpinan KPK agar mengusulkan ke Presiden pembentukan TGPF," ujar mantan Ketua KPK, Abraham Samad, 31 November lalu.

Sedangkan Polri menganggap TGPF tak perlu. Bahkan, pada 24 November, Polda Metro kembali merilis sketsa pria terduga pelaku. Kapolda Metro Jaya, Irjen Idham Aziz menyambangi kantor KPK dan menunjukkan dua sketsa terbaru hasil kerja sama dengan Australian Federal Police.

Dua hari sejak merilis dua sketsa, Polri menerima 290 telepon masuk. Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo yuwono menyebut belum ada informasi signifikan yang diperoleh penyidik.

Jelang tutup tahun, kasus air keras ini tak juga terungkap. Namun, sedari awal, keluarga Novel pesimistis Polri bisa memecahkan perkara air keras yang mencelakakan kedua mata penyidik KPK tersebut.

“Saya dari awal pesimis perkara (air keras) diungkap,” kata istri Novel, Rina Emilda kepada Alinea.

img
Syamsul Anwar Kh
Reporter
img
Syamsul Anwar Kh
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan