Anggota Komisi VII DPR Abdul Kadir Karding meminta kepolisian mampu menerjemahkan visi pembangunan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dalam hal ini, kata Kardiang, insiden di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan hal yang bertolak belakang.
Alasannya, sebut Karding, Jokowi selama masa pemerintahannya dikenal dengan pembangunan infrastruktur yang amat berguna untuk masyarakat. Selain itu, sosok Jokowi dinilainya tidak pernah melakukan tindakan represif dalam menghadapi warga yang terdampak proyek infrastruktur atau proyek strategis nasional.
"Saya mau merespons apa yang terjadi di Desa Wadas beberapa hari lalu. Menurut saya kepolisian harus mampu menjabarkan dan menerjemahkan dengan cerdas setiap perintah Presiden Jokowi terutama dalam mengawal pembangunan infrastruktur," ujar Karding dalam keterangannya, Minggu (13/2).
Politikus PKB ini menyebutkan dalam mengawal setiap proyek strategis nasional, polisi harus bersikap humanis. Tentunya sikap tersebut juga berlaku di kasus Wadas.
"Karena yang saya tahu, Presiden Jokowi sangat gencar mendorong pembangunan infrastruktur namun beliau bukan sosok yang suka dengan pendekatan kekerasan dan represif," tegas Karding.
Menurut Karding, salah satu acuannya adalah Presiden Jokowi pernah mengkritik kepolisian yang terlalu over reaktif dalam merespons kritik masyarakat kepadanya seperti dalam kasus Mural maupun demonstrasi saat ia melakukan kunjungan kerja ke masyarakat.
"Aparat kepolisian perlu menyadari pentingnya pendekatan humanis dan profesional di lapangan. Ini penting untuk dalam upaya memperbaiki citra dan kepercayaan masyarakat. Sehingga, apapun alasan dan dinamika lapangan, polisi perlu menahan diri dan melakukan pendekatan yang humanis sesuai protap yang ada," kata Karding.
Ia mengungkapkan, Bendungan Bener adalah proyek strategis yang memberi manfaat terhadap masyarakat di bidang irigasi pertanian maupun pembangkit listrik tenaga air. Hal ini kata Karding perlu disadari masyarakat sekitar area proyek strategis nasional tersebut.
"Data yang saya dapat, mulai dari suplai air untuk lahan sawah beririgasi untuk 13.589 Ha daerah irigasi eksisting dan 1.110 Ha daerah irigasi baru. Bendungan Benar juga bisa menjadi sumber pemenuhan air baku untuk masyarakat sekitar 1.500 liter/detik. Selain itu bendungan ini bisa mengurangi potensi banjir untuk Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kulonprogo," pungkasnya.