Bukan waktu yang singkat bangsa ini melewati waktu selama 20 tahun memperingati reformasi. Namun, persoalan bangsa ini atas bayang-bayang Orde Baru (Orba) belum juga hilang. Berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia belum tuntas, sekalipun pemimpin negara silih berganti.
Persoalan masih menggantung inilah yang menjadi duri dalam daging Bangsa Indonesia untuk bisa lebih maju. Mantan Aktivis tahun 1998, Budiman Soejatmiko mengatakan, apabila Indonesia bisa menyelesaikan persoalan masa lalu. Maka saat ini bangsa ini lebih dewasa dalam menghadapi persoalan-persoalan baru.
“Persoalan strategis, krusial akan bisa selesai dan lebih siap dalam menghadapi persoalan-persoalan yang baru,” tukas Budiman kepada Alinea.id.
Bagi Anggota DPR ini, sejumlah persoalan lama yang tidak kunjung menemui titik akhir membuat bangsa ini juga gagap dalam menyelesaikan persoalan baru saat ini. Sehingga terkesan kelimpungan dalam penyelesaiannya.
Senada, korban penculikan masa Orba, Mugiyanto menilai agenda reformasi masih belum tercapai. Sehingga, kondisi saat ini masih dibayang-bayangin masa orba sehingga kemajuan Indonesia terbilang lamban.
Bahkan Mugiyanto menyebut, demokrasi bangsa saat ini sudah terjebak oleh sejumlah kelompok yang anti demokrasi. Ia khawatir setelah 20 tahun reformasi, muncul indikasi-indikasi yang tidak baik bagi demokrasi.
Mugiyanto juga mengkritik bahwa demokrasi yang digadang-gadang pada pemerintahan saat ini, tidak lepas dari regulasi-regulasi yang justru bertentangan dengan hal itu. Misalnya saja, UU MD3 dan RKUHP yang dianggap sebagai regulasi yang menuai banyak pertentangan berbagai pihak karena dianggap berlawanan pada prinsip demokrasi.
Baca juga:
Jalan panjang Sumarsih setelah 20 tahun reformasi