Vaksinolog Dirga Sakti Rambe mengatakan, vaksin Covid-19 yang ada merupakan jenis vaksin yang baru, sehingga masih terus mengikuti durasi proteksi. Namun, antibodi vaksin tersebut setidaknya bertahan 6 sampai 8 bulan.
Dirga menyampaikan, ada laporan yang membenarkan antibodi akan menurun seiring berjalannya waktu. Tetapi bukan berarti setelah jangka waktu 8 bulan, orang tersebut tidak memiliki proteksi sama sekali.
“Oleh karena itu, memang sampai sekarang baik di negara kita dan negara lain, belum menyuntikkan booster,” katanya dalam siaran pers, Selasa (14/9).
Fokus vaksinasi saat ini adalah meningkatkan cakupan vaksinasi, bukan fokus pada suntikan booster. Hal ini dilakukan agar membentuk kekebalan komunitas. “Ketimbang kita vaksinasi satu orang lebih dari dua kali, tapi orang-orang disekelilingnya belum vaksinasi, maka manfaatnya akan minimal sekali. Karena yang akan mengendalikan pandemi adalah kekebalan komunitas, bukan kekebalan individu,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting mengatakan, vaksin yang tersedia di Indonesia terdiri dari berbagai jenis platform, yaitu inactivated, virus vektor, dan mRNA.
Semua platform ini memberikan proteksi yang bervariasi antara 60-90%. Disebutkan pula apabila vaksin Pfizer dan Oxford dapat memberikan respons perlindungan di atas 88%, bahkan 93% untuk Pfizer.
Menurutnya, meski terdapat penelitian yang menunjukkan penurunan respons vaksin karena virus Delta sebanyak 5-8%, namun tetap saja vaksinasi masih memberikan proteksi.
“Oleh karena itu, tetap kita anjurkan kepada masyarakat, apapun variannya, tetap saja harus vaksinasi. Karena dengan dilakukan vaksinasi, kita mencegah jangan sampai terjadi infeksi berat,” ungkapnya.
Alexander menyebutkan, orang yang telah divaksin tetap bisa terinfeksi Covid-19. Namun, infeksi yang dialami akan lebih ringan jika dibandingkan dengan orang yang belum divaksinasi.
Hal ini, jelasnya, sama halnya dengan vaksin TCB yang didapat ketika masih kecil, bukan berarti seseorang tidak dapat terinfeksi dengan tuberculosis. Hanya saja, tuberculosis yang dialami tidak menjadi TBC yang sistemik.
“Oleh karena itu, jangan diperdebatkan saya dua kali vaksin kok PCR saya positif? Ini yang sering terjadi. Jadi dibedakan antara vaksinasi untuk melahirkan imunitas dan perlindungan kita supaya tidak sakit sedang maupun sakit berat,” pungkasnya.