Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan akan membentuk tim bersama Menteri Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi dalam rangka evaluasi menyeluruh pelaksanaan ibadan haji 2022. Evaluasi akan dilakukan demi perbaikan pelaksanaan haji selanjutnya.
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menyatakan, sebelumnya evaluasi sudah dilakukan bersama delegasi Amirul Hajj pada 11 Juli 2022. Namun, evaluasi itu hanya terkait penyelenggaraan puncak haji Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Semua catatan evaluasi ini sudah disampaikan kepada Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Tawfiq F Al-Rabiah. Biaya masyair yang terlalu tinggi juga telah disampaikan ke Menteri Haji Saudi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (14/7).
Dia merinci, evaluasi dilakukan dengan pembahasan mengenai pemeriksaan kesehatan jemaah untuk mendeteksi jemaah risiko tinggi sebelum berangkat, optimalisasi fungsi televisi hotel dan sosial media untuk sosialisasi, pembinaan penyusunan program KBIH. Lalu, persiapan naskah khutbah wukuf di tenda jemaah, mengefektifkan koordinasi petugas haji Indonesia dengan petugas maktab, posko haji khusus di hotel terdekat Masjidil Haram dan Nabawi.
Kemudian, desain baju petugas ditambah identitas negara Indonesia berbahasa Arab, memperbanyak toilet wanita di Arafah dan Mina, penguatan manasik haji di Tanah Air. Selanjutnya, penyediaan kursi roda dan mobil golf untuk evakuasi jemaah sakit di Mina, peningkatan kualitas Pembimbing Ibadah Haji (TPIHI) dengan penguasaan Fiqih haji yang baik, dan petugas Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (P3JH) diisi orang dengan pengetahuan medis dan fisik kuat.
“Kami berdua sepakat untuk meningkatkan kualitas layanan haji yang tahun ini sudah berjalan baik dan akan terus memperbaiki sejumlah kekurangan yang ada. Menteri Haji Arab Saudi komitmen untuk merespon masukan kita dan karenanya perlu pembicaraan lebih awal terkait dengan ibadah haji tahun depan,” tuturnya.
Ditambahkan Yaqut, persiapan yang dilakukan Kemenag memang hanya dalam waktu dua bulan saja. Kendati demikian, segala kesiapan sudah dilakukan secara maksimal.
Tak dipungkiri Yaqut, peningkatan pelayanan memang harus diperbaiki dalam pelaksanaan haji berikutnya, seperti perumusan mitigasi setiap potensi persoalan, terutama di Arafah dan Mina, secara lebih detail dan operasional.
"Tahun ini tidak ada isu listrik di Arafah, tapi ada peristiwa listrik padam di terowongan Mina. Alhamdulillah, tidak ada korban," tuturnya.
Perbaikan lainnya pada aspek pembimbing ibadah. Ke depan, pembimbing ibadah harus menguasai ilmu fikih haji secara mumpuni.
"Ini akan kita dorong melalui program sertifikasi pembimbing ibadah haji. Kita juga akan memperbanyak pembimbing ibadah haji perempuan, karena mayoritas jemaah Indonesia adalah perempuan," katanya.
Terkait tenda di Mina, Yaqut menjelaskan, penentuan lokasinya ditetapkan oleh Lajnatul Ulya Lil Hajj. Lembaga ini diketuai oleh Menteri Dalam Negeri Arab Saudi. Setelah ditetapkan, lalu dibuatkan peta lokasi, kemudian diserahkan ke Menetri Haji Arab Saudi untuk dibagikan kepada Syarikah selaku pelaksana masing-masing negara.
Menurutnya ada enam Syarikah, yaitu Syarikah Asia Tenggara, Syarikah Asia Selatan, Syarikah Afrika, Syarikah Arab, Syarikah Eropa, dan Syarikah Iran. Indonesia tergabung dalam Syarikah Asia Tenggara.
"Masing-masing Syarikah itulah yang mempersiapkan layanan kepada jemaah haji selama di Mina, termasuk juga saat di Arafah," ucap Yaqut.