Masyarakat diminta tetap waspada terhadap varian Delta beserta turunannya. Demikian disampaikan, Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi.
Jadi, menurut dia, turunan varian Delta sudah mencapai kisaran 45-60-an. Kemudian, di Indonesia sudah ditemukan 22 turunan varian Delta.
"Sampai detik ini, varian Delta turunan yang banyak beredar di Indonesia itu mirip dengan di Singapura, paling banyak varian Delta AY.2.3," ucapnya dalam diskusi virtual, Selasa (16/11).
Varian Delta memang lebih cepat menular dan meningkatkan keparahan penyakit yang sebabkan kematian. Varian ini pernah sebabkan kenaikan kasus pada Juli 2021 lalu.
"Tentunya ini menjadi kewaspadaan kita, karena saat ini dominan varian Delta dan turunannya. Itu masih merupakan varian yang paling banyak ditemukan. Artinya, potensi untuk terjadinya lonjakan kasus masih sangat memungkinkan," tutur Nadia.
Beberapa penelitian, kata dia, menyatakan varian Delta menurunkan efikasi vaksin Covid-19. Namun, efikasi vaksin Covid-19 itu masih dapat memberikan perlindungan kepada penerimanya. Makanya, tidak perlu ragu untuk divaksin Covid-19, karena masih bisa memberikan perlindungan terhadap varian Delta.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyebut, subvarian Delta AY.2.3 dan AY.2.4 dominan menyebar di Indonesia. Varian Delta juga paling banyak terdeteksi di Indonesia dibandingkan Varian Alpha dan Beta.
"Varian Delta itu, kan, kodenya B1.617.2. Itu sudah punya 'anak-anaknya', depannya pakai AY. Ada AY.2.3 ada AY.2.4. Yang terbanyak di Indonesia adalah anaknya atau subvariannya AY.2.3 dan AY.2.4," ujar Budi Gunadi Sadikin saat memberikan keterangan pers, Senin (15/11).
Subvarian Delta, kata dia, juga sudah ada 'cucu-cucunya'. Yaitu, AY.4.2 yang terbanyak menyebar di Inggris. Varian AY.4.2 juga dilaporkan telah ditemukan Singapura dan Malaysia beberapa waktu lalu.
"Malah udah ada juga 'cucunya' (subvarian Delta), yaitu AY.4. Jadi, keluar 'cucunya' adalah AY.4.2, yang sekarang lagi banyak ada di Inggris. Ini disebut Varian Delta Plus. Di Indonesia sendiri sudah ada AY.2.3, sudah ada AY.2.4. Kalau AY.4.2 belum ada. Semua Varian Delta, baik 'orangtuanya' subvarian, 'anak-anaknya' atau subvarian 'cucunya' itu memiliki mutasi genetik yang mirip,” ucapnya.