Coronavirus telah bermutasi sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, China. Varian delta mendominasi 98% kasus di Indonesia.
Meski begitu, terdapat beberapa varian yang perlu diwaspadai, yakni varian lambda, Mu, dan C.1.2. Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, meskipun varian lainnya belum terdeteksi di Indonesia, varian itu bisa menyerang semua kalangan, mulai dari bayi, balita, orang dewasa, dan bahkan pada orang lanjut usia (lansia).
Risiko penularan pada lansia menjadi lebih tinggi, terlebih pada mereka yang memiliki penyakit bawaan atau komorbid. Tak hanya lansia, anak-anak pun merupakan kelompok yang rentan, termasuk pada varian-varian baru.
"Jadi memang kita harus terus waspada, karena 98% Covid-19 yang menyebar di Indonesia adalah varian delta. Tetapi tidak menutup kemungkinan, munculnya varian-varian baru yang sedang terdeteksi di negara lain, seperti varian lambda, Mu, dan C.1.2," kata Nadia dalam siaran pers, Selasa (14/9).
Vaksin, kata Nadia, tidak memberikan perlindungan seutuhnya terhadap penularan coronvirus. Namun, vaksinasi memberikan perlindungan dengan cara menurunkan risiko terinfeksi Covid-19, bagi mereka yang telah di vaksin.
Perlindungan penurunan risiko sakit ini dapat meningkat 60-90%, tergantung pada sistem kekebalan tubuh masing-masing.
"Vaksin ini bukan sesuatu zat kebal yang dimasukkan ke tubuh kita, tetapi justru suatu zat yang nanti akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh kita," ungkapnya.
Menurut dia, risiko terinfeksi Covid-19 tetap masih ada, karena beberapa hal. Pertama, lantaran masih hidup dalam situasi pandemi.
Artinya, virus yang berada di sekitar masih banyak sekali jumlahnya. Kedua, varian baru Covid-19 merupakan varian yang lebih ganas dan lebih infeksius sehingga tidak menutup kemungkinan seseorang yang telah divaksin, tetap akan sakit.
"Tapi ingat, yang paling penting adalah perlindungan terhadap gejala berat maupun kematian, itu yang diberikan vaksin paling baik. Karena, dia (vaksin) bisa melindungi kita dari gejala berat dan kematian itu di atas angka 95%," jelas Nadia.