Pusat Pelatihan dan Perdesaan Swadaya (P4S) menurut Kementerian Pertanian (Kementan) dinilai sangat penting apalagi di tengah ancaman saat ini yang memberi tekanan pada sektor pertanian. Atas hal ini, Kementan pun terus menggenjot potensi P4S sebagai pembaharu pertanian di perdesaan.
“Pembangunan pertanian yang kita lakukan, dimulai dari desa. Oleh karena itu, kita memaksimalkan peran P4S sebagai pembaharu perdesaan,” jelas Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya, Senin (10/10).
Mentan juga berharap agar P4S bisa terus menghadirkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan pertanian.
Hal serupa juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam acara pembukaan Pelatihan Manajemen Bagi Pengelola P4S Wilayah READSI, di Gowa, Kamis (6/10) lalu.
“Tahun 2022 bisa dikatakan sebagai tahunnya P4S. Ada dua alasan untuk mendukung itu. Pertama, saat pelaksanaan Forum Nasional pada pekan lalu yang sukses diselenggarakan di Bali telah menghasilkan Ketua dan Pengurus FK P4S Nasional yang baru setelah selama ini tertunda beberapa tahun,” kata Dedi.
Kemudian yang kedua adalah sejumlah P4S di tahun 2023 akan menjadi sasaran Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk menu pertanian presisi dan regeneratif.
Menurut dedi, peran P4S juga sangat penting bila dikaitkan dengan tiga tantangan dan ancaman utama sektor pertanian saat ini, yaitu pascapandemi Covid-19, perubahan iklim, dan tekanan geopolitik Rusia-Ukraina.
“Akibat dampak dari Covid-19, perubahan iklim atau climate change seta perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan menurunnya produksi dan produktivitas pangan global secara signifikan. Sedangkan permintaan bahan pangan terus meningkat mengakibatkan harga komoditas pangan melejit,” jelas Dedi.
Dedi mengatakan perlu adanya sikap dan upaya peningkatan produksi dan produktivitas pada subsektor budidaya dengan menerapkan konsep efisiensi dan konservasi lingkungan di tengah ketidakpastian kondisi saat ini.
Ia pun menjelaskan terdapat tiga jurus jitu untuk mengatasi hal tersebut, yaitu pertama pengendalian inflasi terutama pada komoditas pertanian, pengendalian produksi, olahan, dan distribusi, kedua adalah melakukan substitusi pangan impor ke pangan lokal seiring dengan makin tingginya harga pangan impor, dan ketiga adalah menggenjot ekspor.
Ia juga menyebutkan ada hal terpenting bagi P4S sebagai garda terdepan dalam menangani krisis pangan global.
“Tentunya ada amunisi yang perlu kalian pegang, yaitu implementasikan smart farming dan manfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR),” imbuhnya.
Sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis, P4S diharapkan menjadi pembaharu perdesaan dalam upaya untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal melalui pemanfaatan teknologi smart farming dan penumbuhkembangan petani millenial.
"P4S harus menjadi pelopor dan agen, juga menjadi andalan, harapan dan masa depan pembangunan pertanian kita. Untuk itu P4S juga diharapkan dapat berfungsi sebagai klinik agribisnis (KIA) bagi petani atau pelaku usaha di sekitarnya dalam mendukung Program TANI AKUR yang memberikan referensi dan pendampingan dalam akses KUR," katanya.
Kemudian menurutnya, kelembagaan P4S berfungsi untuk mempercepat penyebaran informasi teknologi di bidang pertanian.
"Oleh karena itu melalui pelatihan ini, saya berharap dapat dihasilkan pengelola P4S yang mampu mengelola P4S dengan baik, mampu merancang dan melaksanakan pelatihan dan pemagangan, serta mampu membangun jejaring kemitraan dan negosiasi dengan semua stakeholder baik pemerintah maupun swasta," ujar Dedi.
Lebih lanjut, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangakaluku, Muhammad Sidiq menambahkan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengelola P4S dalam merancang, melaksanakan pelatihan pemagangan, jejaring kemitraan dan negosiasi, serta manajemen pengelolaan P4S.
"Pelatihan Manajemen bagi Pengelola P4S akan dilaksanakan secara offline selama 5 hari, yaitu 5 sampai 10 Oktober 2022, di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku," terangnya.
Target peserta pelatihan yaitu sejumlah 60 orang pengelola P4S di wilayah Program READSI dari 4 provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo yang akan difasilitasi oleh fasilitator pelatihan dari Praktisi atau Akademisi dan Widyaiswara BBPP Batangkaluku.