close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kepulauan Tanimbar. Ist
icon caption
Kepulauan Tanimbar. Ist
Nasional
Sabtu, 11 Februari 2023 18:06

PVMBG: Kemunculan dua pulau di sekitar Tanimbar bukan karena gempa

Kemunculan lumpur pada kedua pulau tersebut sudah dimulai sebelum terjadinya gempa bumi Tanimar.
swipe

Gempa bumi kembali terjadi di Tanimbar, Provinsi Maluku pada Jumat (10/2) dengan magnitudo M7,5. Dampak kerusakan paling besar dari gempa tersebut berada di Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Tanimbar, khususnya Kelurahan Saumlaki.

Ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar itu memang hanya berjarak 141 kilometer (km) dari pusat gempa bumi.

Berdasarkan laporan Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, kerusakan berat secara umum terjadi di daerah yang tersusun oleh endapan Kuarter berupa Formasi Saumlaki, daerah reklamasi, dan daerah Pantai Timur Yamden. Wailayah itu tersusun oleh Formasi Batu Mafudi yang berumur Miosen.

“Secara morfologi, daerah yang mengalami kerusakan pada umumnya adalah daerah dengan morfologi perbukitan bergelombang dan daerah pedataran,” tulis laporan di situs resmi Kementerian ESDM, Sabtu (11/2).

Adapun guncangan yang terjadi akibat gempa bumi Tanimbar, terjadi tidak begitu kuat, namun berlangsung cukup lama. Hal itu membuat barang-barang tidak stabil bergeser atau terjatuh, dan plester bangunan yang tidak kuat menjadi lepas atau runtuh, plafon terlepas dan ambruk.

Efek guncangan bertambah pada daerah-daerah yang dikontrol oleh kemiringan yang curam dan rawan lateral spreading. Hal ini ditandai oleh adanya retakan-retakan lama searah lereng yang ada di jalan atau pada bagian bawah bangunan, seperti di rumah ibadah. Selain itu, terdapat beberapa rumah rusak yang tersebar di daerah Kelurahan Saumlaki, Desa Olilit, Desa Lauran, serta Desa Alusi Batjasi.

Kemudian, terkait adanya kemunculan pulau baru pascagempa Tanimbar, dalam laporan tersebut dijelaskan, dua pulau yang dimaksud telah ada sejak sebelum gempa terjadi.

“Berdasarkan pengamat fisik di lapangan, kedua pulau baru pasca gempa bumi Tanimbar tersebut sebenarnya sudah ada sebelum kejadian gempa bumi Tanimbar. Dicirikan oleh fragmen batuan di pulau tersebut yaitu batu gamping bermoluska sebagian sudah berlumut dan mengalami pelapukan,” jelas laporan tersebut.

Ciri itu pun menandakan batuan sudah ada dalam waktu yang cukup lama. Bahkan, asosiasi batuan yang terdapat di dalam pulau tersebut mempunyai kesamaan ciri dengan batuan yang berada di pulau sekitarnya, yang termasuk dalam Formasi Molu. Sehingga, kemungkinan kedua pulau tersebut merupakan bagian dari lajur zona runtuhan yang terangkat di bagian barat Pulau Yamdena, diduga termasuk dalam Formasi Molu berumur Tersier.

Lebih lanjut, kemunculan lumpur pada kedua pulau tersebut sudah dimulai sebelum terjadinya gempa bumi Tanimar. Ini terlihat pada Google Map yang dikeluarkan sejak 2019. 

Namun menurut laporan, kemungkinan semburan lumpur kembali terjadi pascagempa bumi Tanimbar, karena material yang belum terkompaksi mengalami tekanan dan tersembur keluar.

“Jika diamati dari foto Google Map dan hasil drone Tim TD, terlihat adanya perubahan dimensi lumpur pada keduanya. Adapun untuk keakuratan sumber lumpur, harus diteliti lebih lanjut dengan memeriksa komposisi mineral yang ada pada lumpur dan korelasi dengan batuan di sekitarnya,” tulis laporan tersebut. 

img
Erlinda Puspita Wardani
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan