close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Pixabay
Nasional
Jumat, 19 November 2021 17:08

Kepala BSSN: Data adalah jenis kekayaan baru bangsa

Data bisa lebih berharga dari minyak. Makanya, dalam bidang hankam, semua pihak harus tanggap dan siap menghadapi perang siber.
swipe

Kepala Badan Siber Dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Hasibuan mengatakan, Presiden Joko Widodo telah mengamanatkan agar semua pihak siaga menghadapi ancaman kejahatan siber, termasuk kejahatan penyalahgunaan data.

Ini karena data adalah jenis kekayaan baru bangsa, bahkan data bisa lebih berharga dari minyak. Makanya, dalam bidang pertahanan dan keamanan, semuga pihak harus tanggap dan siap menghadapi perang siber.

“Ini menjadi dasar pelaksanaan tugas dari BSSN, bagaimana melindungi bangsa dan negara ini sesuai dengan konstitusi dan tujuan kita berbangsa dan bernegara,” ujar Hisna dalam “Peresmian Computer Security Incident Response Team (CSIRT) Kementrian PPN/Bappenas,” Jumat (19/11).

Lebih lanjut, Hisna menuturkan, ruang siber terdiri dari atas tiga lapisan. Pertama yaitu lapisan fisik yang merupakan komponen dari jaringan fisik dan infrastruktur seperti membangun satelit, data senter dan sebagainya menjadi tempat penyimpanan, penyebaran dan pengolahan informasi termasuk menghubungkan dan memindahkan data antar suku komponen.

“Kemudian lapisan kedua yaitu lapisan logika atau yang mengoperasionalkan, menukar dan memproses data yang biasa kita sebut dengan software. Terakhir, lapisan persona siber yang merupakan representasi digital dari aktor atau identitas pengguna di ruang siber,” tambah Hisna.

Hisna juga mengatakan, ruang siber sama dengan dunia nyata. Pada ruang siber juga terdapat peluang kesejahteraan. Peluang kesejahteraan itu adalah kemudahan berkomunikasi dengan melaksanakan video conference.

“Jika dilihat dari sisi kesejahteraan ekonomi digital, dilihat berdasarkan data 2020, diperkirakan US$44 miliar atau Rp623 triliun yang bertransaksi di ekonomi digital Indonesia dan diperkirakan di  2025 sebesar US$124 miliar atau seratar dengan US$1.756 triliun yang beredar di ekonomi digital kita,” kata Hisna. 

Kemudian Hisna juga menuturkan dalam dunia siber terdapat sifat serangan berupa kejahatan yang bisa dilakukan, yaitu bersifat teknikal atau malware serta sifat sosial atau manusia biasnya mensabotase atau mencuri. 

“Tingginya tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berbanding lurus dengan resiko dan ancamannya. Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri bahwa di era digital ini serangan atau kejahatan cyber juga ikut meningkat,” pungkas Hisna.

img
Natasya Maulidiawati
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan