Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Zulkifli Hasan, mengatakan semakin hari Pancasila sebagai ideologi bangsa kian tergerus oleh nilai-nilai lain seperti liberalisme, ekstremisme dan individualisme.
“Nilai-nilai lain itu seolah harus diterima sebagai standar nilai baru yang terbaik untuk membangun sistem politik, ekonomi, dan sosial budaya,” kata Zulkifli Hasan dalam sidang pembukaan MPR ke-5 di ruang sidang Paripurna MPR, Jumat (16/8).
Padahal, kata Zulkifli, Pancasila merupakan pedoman yang terbaik untuk membangun bangsa. Menurutnya, fenomena globalisasi turut andil sebagai biang kerok yang terus menggerus nilai Pancasila. Terutama pada pascareformasi, Indonesia mengalami deideologisasi terkait Pancasila. Artinya, pendalaman atau penyebaran ideologi Pancasila telah berhenti.
Zulkifli menuturkan bentuk deideologisasi Pancasila telah terlihat dari pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) dan dibubarkannya Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).
“Juga penghapusan mata pelajaran Pancasila dari mata pelajaran pokok di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi,” ujarnya.
Zulkifli mengatakan, pelaksanaan P4 pada jaman Orde Baru memang menimbulkan pro dan kontra karena dinilai disalahgunakan untuk kepentingan politik praktis penguasa saat itu. Namun demikian, menjadi keniscayaan negara hadir untuk menyosialisasikan dan membina mental ideologi bangsa dengan mengacu pada Pancasila.
“Alhamdulillah, dalam perkembangannya pemerintah telah membentuk suatu badan khusus bernama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2018. Hal ini menunjukkan komitmen kuat Presiden Joko Widodo dalam menjaga ideologi bangsa," tuturnya.
Untuk itu, kata Zulkifli, MPR akan bersinergi dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasial (BPIP) untuk mempertahankan ideologi bangsa yakni Pancasila.