Irmawati adalah bibi dari Dayuh yang merupakan salah satu korban dari kebakaran Depo Integrated Terminal Jakarta, Plumpang, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kemenekannya itu meninggal dalam kobaran api sembari memeluk sang anak.
Saat ditemui di RS Polri, Irmawati mengatakan, adik ipar dari Dayuh sempat bercerita kebakaran yang terjadi. Saat disuruh keluar dari warung yang dijaga, Dayuh menolak.
"Soalnya warung bukan milik dia sendiri. Nanti kalau ditinggal kabur, takutnya (barang) diambil orang. Kebakaran kan tahu sendiri kan suka dijarah. Jadi dia tanggung jawab punya orang itu. Takutnya di situ," kata Irmawati di RS Polri, Minggu (5/3).
Irmawati menyebut, ketika waktu sudah menunjukkan jam 7 malam, ketua RT baru membeberkan kondisi Dayuh. Saat itu, si jago merah hanya menyisakan dirinya dan sang anak dalam pelukan.
Padahal, letak rumah Dayuh cukup jauh dari depo tersebut. Ia memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri, tapi keamanan dagangan orang yang dijaga masih menjadi prioritasnya.
"Pas masuk ke dalam (warung) udah pelukan dia (dengan anaknya) di dalam," ujarnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, menyebut jumlah korban luka berat akibat kebakaran depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara (Jakut) kembali bertambah. Sebelumnya, pukul 06.00 WIB pagi ini disebut jumlah korban luka berat mencapai 37 orang.
"Luka berat 49 jiwa," ujar Suharyanto saat meninjau lokasi kebakaran, Plumpang, Minggu (5/3).
Menurut Suharyanto, masih terdapat 18 orang yang dinyatakan hilang karena terpisah dari keluarganya dalam peristiwa ini. Dia menegaskan, orang yang dinyatakan hilang belum tentu menjadi korban karena proses pencarian dilakukan hingga saat ini.
Dia tak memungkiri, orang yang terpisah tempat dari keluarganya mungkin saja terjadi mengingat kondisi saat ini sangat padat.