Kisah hidup dan pemikiran mantan Ketua Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Andi Mappetahang Fatwa atau A.M. Fatwa dihadirkan dalam buku autobigorafi dan biografi. Buku ini menampilkan sosok A.M Fatwa yang kritis dan terbuka di masa hidupnya.
"Pak A.M. Fatwa ini luar biasa. Saya mencatat, dia orangnya lugas, kritis, objektif dan friendly," kata pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro dalam acara peluncuran autobiografi dan biografi A.M Fatwa yang berjudul "Untuk Demokrasi dan Perjuangan" di ruang Abdul Muis, DPR RI, Jakarta, Rabu (25/9).
Menurut Siti, pemikiran-pemikiran A.M Fatwa tecermin dalam sikap dan perjuangan hidupnya. A.M Fatwa, kata dia, selalu konsisten dalam memperjuangkan demokrasi meski dipenjara sekalipun. "Saya membaca buku ini. Terus terang saya mendapatkan sosok Pak Fatwa yang konsisten dengan apa yang menjadi perjuangannya," ujar Siti.
Autobiografi dan biografi A.M Fatwa diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara. Peluncuran kedua buku itu juga dihadiri Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Meski tidak ikut dalam sesi bedah buku, Anies ikut mengomentari perjalanan hidup A.M Fatwa dalam satu bagian pengantar.
Menurut Anies, perjuangan seorang A.M Fatwa tak pernah mudah. Meski meringkuk hingga 12 tahun di balik bui, semangat hidup A.M. Fatwa tak pernah padam.
"Baginya, kezaliman yang dia terima adalah kewajaran yang pasti dialami semua orang yang mengambil posisi berbeda dengan penguasa otoriter, di mana pun, di seluruh penjuru dunia," ujar Anies.
A.M. Fatwa merupakan salah satu tokoh penting dalam proses reformasi 1998 yang menggulingkan rezim Orde Baru. Setelah rezim Presiden Soeharto runtuh, Fatwa kemudian masuk ke kancah politik hingga akhir hidupnya pada 14 Desember 2017.
Putri sulung A.M Fatwa, Dian Islamiyati Fatwa menceritakan latar belakang penulisan auotobiografi dan biografi sang ayah. Menurut dia, kedua buku itu lahir karena dorongan-dorongan sahabat-sahabat terdekat almarhum.
Diturutkan Dian, penulisan kedua buku dimulai pada tahun 2008. Empat orang penulis diterjunkan untuk menyusun buku dengan judul awal "Biografi 70 Tahun A.M Fatwa: Pejuang Pemberani dari Bone".
Namun penulisan buku ini tidak berlanjut karena kesibukan A.M Fatwa sebagai Wakil Ketua MPR. Ketika itu, penyusunan naskah juga terkendala karena ketua tim penulis M. Djauhari pun meninggal dunia.
Penulisan buku dilanjutkan pada 2014. Namun, kata Dian, banyak kendala yang dialami. Selain A.M Fatwa sibuk sebagai anggota DPD RI, format penulisan dari biografi diubah menjadi autobiografi setelah mendengar saran dari Profesor Salim Said yang juga menjadi konsultan penyusunan kedua buku ini.
Penyusuan naskah mulai digarap serius setelah kondisi kesehatan Fatwa menurun pada 2016. Setelah mundur dari jabatannya sebagai Ketua Badan Kehormatan DPD RI tahun 2017, Fatwa menggunakan sisa hidupnya untuk menceritakan seluruh pengalaman hidupnya kepada tim penulis.
Dian mengatakan, sehari sebelum A.M Fatwa meninggal dunia pada 14 Desember 2017, sang ayah baru saja menceritakan proses perjuangan keluar dari Lapas Cipinang, Jakarta Timur. Praktis, kata dia, penyusunan autobiografi pun hanya sampai 24 bab.
"Saya dan ayah kerap berdikusi, dia terbuka. Setiap hari, kami baca koran dan kami larut dalam diskusi," kata Dian sembari mengingat bagian dalam buku setebal 358 itu.