Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sigit Reliantoro mengatakan, sebenarnya mulai dari 2018 hingga 2023, kondisi udara di Jakarta, lebih banyak di antara baik dan sedang.
"Bahkan pada waktu Covid dan pra-Covid, udaranya lebih banyak udaranya dalam kondisi baik. Dan memang kita akui, terjadi peningkatan di beberapa waktu terakhir ini. Sebetulnya faktor debu memberikan korelasi dan kontribusi terhadap indeks kualitas udara di Jakarta," papar dia dalam keterangan resminya yang dipantau online, Minggu (13/8).
Namun begitu, dia menyarankan, agar semua pihak juga melihat sumber informasi dari pihak lain mengenai situasi udara kota Jakarta. Sehingga dapat meluruskan framming bahwa Jakarta itu nomor satu terpolusi di dunia.
Dia juga mempersoalkan metodologi dalam pengukuran kondisi udara di Jakarta. Di mana menurutnya, untuk memasang alat uji sensor kualitas udara ada persyaratannya. Antara lain, tidak boleh terpengaruh oleh gedung-gedung dan tidak berpengaruh oleh pohon. Sehingga menggambarkan udara ambien.
"Kalau kita lihat, sensor-sensor yang dipasang itu tidak menggambarkan kodisi udara ambien. tetapi justru menggambarkan kondisi udara di satu tempat itu," ucap dia.
Kenapa ini penting, jelas dia, karena ini adalah karakteristik pencemaran di perkotaan. Di mana, dengan adanya gedung akan menyebabkan penghalangan dan angin bakal berputar di situ-situ saja.
"Istilahnya adalah street canyon. Di mana, yang menjadi lembah adalah jalannya. Kemudian yang jadi penghalang adalah gedung tinggi. Maka yang terjadi adalah angin itu tidak bergerak ke mana-mana. Sehingga ini disebut dengan pencemaran yang meningkat dari base-nya. Bahkan hingga sepuluh kali dari kondisi yang ada," papar dia.
Hal itulah yang sebenarnya menjadi penyebab udara kotor di di Jakarta terjadi konsentrasi yang cukup tinggi. Di Bandung pun, sebetulnya terjadi fenoma serupa
Dengan kondisi seperti itu, maka kompenen yang perlu diperbaiki untuk urban area adalah transportasi. Makanya isu transprotasi yang berkelanjutan atau mengubah gaya hidup adalah hal yang menjadi penting untuk daerah perkotaan.
Reaksi kimi yang terjadi di urban tersebut kemudian dipengaruhi oleh sinar Matahari. makanya kenapa terjai ketika musim kemarau yang tidak ada awan. salah satunya adalah faktor sinar matahari yang sangat kuat. sehigga reaksi ini adala reaksi yang berantai. diawali dari pembkaaran fosil sehingga yang terjadi adanya siklus naik turun
kalau asumsinya pencemaran itu berasal dari pembakaran energi yang digunakan makan ini sebenarnya adlaah sumber energi yang ada di jakarta. batu bra 0,42% sebagian dari gas dan sebagian dari minyk. siapa yang menyebabkan emisi, 44% adalah transportasi, kemudian industri neergi, perumahan, industri manufaktur, baru dari kegiatan komersial dari gedung-gedung utk sumber energinya. dari sini terlihat bahwa transporasi menadi unsur terpenting