close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Petugas KNKT menunjukkan kondisi bagian kotak hitam (black box) berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang telah ditemukan oleh Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmada I
icon caption
Petugas KNKT menunjukkan kondisi bagian kotak hitam (black box) berisi Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air bernomor registrasi PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610 yang telah ditemukan oleh Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Koarmada I
Nasional
Selasa, 15 Januari 2019 00:43

KNKT segera bongkar black box CVR Lion Air JT610

Setelah ditemukan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) segera membongkar isi rekaman black box pesawat Lion Air JT610.
swipe

Setelah ditemukan, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) segera membongkar isi rekaman kotak hitam (black box) pesawat Lion Air JT610.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan hanya membutuhkan waktu tiga hingga lima hari saja untuk mengunduh data yang terdapat dalam Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Lion Air PK-LQP tersebut. 

"Selanjutnya akan diproses di fasilitas black box KNKT melalui pengeringan dan pengunduhan data. Proses ini butuh waktu tiga sampai lima hari untuk bisa unduh data dari CVR," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono di JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (14/1).

Bagian black box Lion Air PK-LQP yaitu CVR secara resmi telah diterima oleh KNKT per 14 Januari 2019 sekitar pukul 17.00 WIB di JICT, Tanjung Priok, Jakarta .

Serah terima tersebut diberikan oleh Kepala Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Kapushidrosal) Laksamana muda TNI Harjo Susmoro kepada Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Soerjanto menuturkan, setelah CVR diunduh kemudian akan dianalisis. untuk proses tersebut, Soerjanto justru tidak dapat memastikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui secara utuh penyebab kecelakaan pesawat nahas itu. 

"Tergantung dari kompleksnya, masalah human factor kah atau ada masalah situasi kokpit kita belum bisa pastikan berapa lama, mudah-mudahan tidak terlalu lama dan mudah-mudahan tidak sampai satu tahun kami umumkan penyebab dari kecelakaan itu," tuturnya.

Di samping itu, KNKT kemudian memaparkan rangkaian tahapan pengunduhan data hingga ke analisis data CVR. Menurutnya, tahap awal yang mesti dilakukan adalah proses pengeringan CVR.

"Sampai di lab, CVR akan kita cuci terlebih dahulu baru dikeringkan. Dikeringkan itu satu sisinya kira-kira butuh 48 jam. Jadi, kalau bolak-balik sisi memerlukan waktu 4 hari," terang Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo.

Setelah CVR kering, lanjut dia, baru dilakukan pengunduhan menggunakan alat rekam khusus untuk mendengarkan data di CVR. Ia memperkirakan proses itu akan memakan waktu sekitar tiga jam.

"Di dalam itu ada CD seperti memori, baru kita pasang di-player atau alat rekam, baru kita download suaranya. Kalau download-nya sendiri paling hanya 3 jam," ucapnya.

Menurut Nurcahyo, rekaman yang ada di dalam CVR akan membantu mengetahui isi percakapan yang ada di dalam pesawat. 

"Bagaimana mengambil keputusan. Alasannya apa, nah itulah yang kita ingin lihat. Mengapa kok dia punya pandangan seperti ini pas terjadi masalah ini," tambahnya. 

Hasil akhir dari penyelidikan kecelakaan pesawat itu akan dikeluarkan dalam waktu setahun. Hal itu juga tertuang di dalam peraturan internasional terkait investigasi suatu pesawat. Namun, ia berharap dengan adanya dukungan seluruh pihak dapat selesai secepatnya.

"Aturan internasional setahun. Diharapkan setahun selesai. Kalau bisa secepatnya. Karena seluruh dunia itu menunggu, ada apa dengan pesawat Max Boeing," tegasnya. 

Pada kesempatan yang sama, Kapushidrosal Harjo menyakinkan bahwa data di dalam CVR masih bisa diproses selama alat tersebut tidak mengalami kerusakan.

Menurutnya, CVR tersebut tidak akan rusak meski terendam di dalam air laut selama hampir dua bulan. Alat berwarna oranye itu juga mampu menahan tekanan hingga 200 kali Gravitasi (200 G).

"CVR punya kekuatan untuk tahan goncangan 200G, kalau kemarin kan enggak akan sampai 200G secara fisik hanya lecet, di dalamnya dia juga punya kemampuan tahan tekanan itu. Itu didesain agar jangan rusak, kita belum dapatkan pengalaman kalau CVR rusak. Kalau rusak ya rusak dari awalnya," ujarnya.

Pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 lalu. Pesawat itu mengangkut 181 penumpang dan 8 awak. Semua penumpang dan awak diduga tewas dalam kecelakaan tersebut. 

Pasca-peristiwa tersebut, KNKT menemukan dan berhasil menganalisis salah satu peranti kotak hitam pesawat yaitu Flight Data Recorder (FDR). 

Dalam laporan awal, KNKT menyebut bahwa pilot kesulitan mengontrol apa yang biasa disebut anti-stalling system sebelum pesawat jatuh ke laut. Diketahui pula pesawat tersebut mengalami masalah teknis dalam penerbangan sebelumnya.

Boeing 737 MAX adalah salah satu pesawat komersial terbaru dan paling canggih di dunia.

Setelah penyelidik mengatakan bahwa pesawat mengalami gangguan pada indikator kecepatan udara dan sensor angle of attack (AoA), Boeing mengeluarkan buletin khusus tentang apa yang perlu dilakukan jika ada gangguan ini. Namun, hasil temuan awal itu tidak dapat mutlak dijadikan kesimpulan dari seluruh penyebab peristiwa nahas itu terjadi. 

Sebagaimana diketahui, CVR Lion Air PK-LQP akhirnya berhasil ditemukan oleh Komando Armada (Koarmada) I di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin (14/1) sekitar pukul 08.45 WIB. Dengan ditemukannya pasangan peranti kotak hitam pesawat tersebut, diharapkan dapat menghasilkan rangkuman penyebab kecelakaan yang utuh. 

"Tujuan utama analisis KNKT terhadap CVR yang ditemukan agar tidak terjadi kecelakaan pesawat serupa pada masa mendatang," tutup Soerjanto.

img
Soraya Novika
Reporter
img
Sukirno
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan