close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Proses pencarian dan penyelamatan korban hilangnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Senin (11/1/2021). Twitter/@SAR_NASIONAL
icon caption
Proses pencarian dan penyelamatan korban hilangnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Senin (11/1/2021). Twitter/@SAR_NASIONAL
Nasional
Rabu, 31 Maret 2021 14:31

KNKT ungkap cara temukan CVR Sriwijaya Air SJ 182

Menurut KNKT, upaya pencarian black box Sriwijaya Air SJ 182 seperti mencari cari jarum dalam tumpukan jerami.
swipe

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, menyatakan, menemukan kotak hitam (black box) cockpit voice recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ibarat mencari jarum di tengah jerami. Pangkalnya, baru ditemukan kemarin (Selasa, 30/1), dua bulan lebih usah Basarnas resmi menyetop operasi SAR.

Tim penyelam dari Basarnas, TNI AL, hingga warga Kepulauan Seribu mencari CVR selama lebih dari sebulan. Namun, pencarian tersebut tidak membuahkan hasil. Tim gabungan memilih beristirahat selama seminggu dan mengevaluasi metode pencarian CVR, kemudian mencoba mencari dengan menggunakan kapal penghisap lumpur.

"Dengan kapal ini, kami menyedot lumpur. Cara kerjanya seperti vacuum cleaner," ucap Soerjanto, dalam telekonferensi, Rabu (31/3).

CVR dan flight data recorder (FDR) telah menangkap sinyal dari locator beacon dan mempersempit pencarian dengan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi. Kendati demikian, kapal penghisap lumpur belum juga menemukan CVR selama 4 hari pencarian di area tersebut hingga kedalaman 1 meter.

Tim gabungan pun disebut mulai memikirkan pencarian dengan metode lain. Terlebih, batas penggunaan kapal penghisap lumpur hingga Selasa (30/3).

"Sampai saat kemarin, teman-teman sudah 'Pak, ini sudah hari terakhir untuk pencarian dengan kapal ini'. Kami sama-sama berdoa, mudah-mudahan CVR-nya bisa ditemukan. Alhamdulillah, tadi malam yang merupakan malam terakhir dalam pencarian lanjutan ini, bisa kita temukan CVR ini," tutur Soerjanto.

CVR tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk proses pembacaan. Proses itu membutuhkan waktu sekitar 3 hari hingga seminggu. KNKT akan membuat transkrip percakapan dalam kokpit pesawat, lalu menganalisis dengan membandingkan temuan dari CVR dengan FDR.

"Apa yang terjadi di dalam kokpit sehingga kita bisa menganalisa mengapa data dari FDR seperti itu dan bagaimana situasinya di kokpitnya. Tanpa CVR, memang di dalam kasus Sriwijaya 182 ini akan sangat sulit menentukan penyebabnya,” ucapnya.

Kotak hitam merekam data selama pesawat Sriwijaya Air SJ 182 terbang. Alat terdiri dari dua kombinasi perangkat, CVR atau percakapan dalam kokpit pesawat dan FDR atau rekaman data penerbangan. FDR Sriwijaya SJ 182 telah ditemukan pada 12 Januari 2021.

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan