close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Fahri Hamzan dan Anis Matta. Sumber: twitter.com/partaigeloraid
icon caption
Fahri Hamzan dan Anis Matta. Sumber: twitter.com/partaigeloraid
Nasional
Jumat, 07 Mei 2021 17:58

Koalisi partai Islam, Anis Matta: Hanya perdalam pembelahan di masyarakat

Sejak reformasi hingga sekarang, belum satupun ideologi ini berdiri sendiri memimpin satu pemerintahan.
swipe

Partai Gelora mengkritik wacana pembentukan poros tengah atau koalisi partai politik berhaluan Islam dalam menghadapi Pemilu 2024. Alasannya, kata Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta, hanya memperdalam pembelahan di tengah masyarakat.

"Ide ini menurut saya hanya akan memperdalam pembelahan yang sedang terjadi di masyarakat," kata Anis dalam diskusi daring bertajuk "Prospek Poros Islam dalam Konstelasi 2024", Jumat (7/5).

Anis menyatakan, memang ide poros tengah pernah berhasil, dan dia termasuk salah satu pencetusnya. Saat partai berhaluan Islam kalah dalam pemilu 1999, ia dan beberapa tokoh seperti Amien Rais, Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi berangkat umroh ke Mekkah.

Perjalanan umroh sepekan inilah melahirkan ide poros tengah. Hasilnya, Gus Dur terpilih menjadi Presiden dan Amien Rais menduduki jabatan Ketua MPR. 

Kendati dalam perjalan, Gus Dur diturunkan di tengah jalan dan Amien Rais memilih berkoalisi dengan PDIP.

Meski berhasil, namun Anis mengatakan, hal yang tidak bisa dielakan adalah Indonesia pada dasarnya mempunya tiga belahan ideologi, yakni kanan, kiri, dan tengah. Sejak reformasi hingga sekarang, belum satupun ideologi ini berdiri sendiri memimpin satu pemerintahan.

"Dalam sejarah kita, hanya Orde Baru (Soeharto) yang pernah berdiri sendirian dengan Golkar sebagai tulang punggungnya," kata dia.

Ketimbang membentuk satu poros baru, Anis melihat, bahwa ada satu persoalan yang jauh lebih signifikan. Yakni, satu ide baru yang menyerupai menjelang kemerdekan Indonesia. 

Adapun, ide yang dimaksud Anis adalah terkait perumusan Pancasila sebagai dasar/ideologi Indonesia.

"Jangan lupa, kemerdekaan kita tidak melalui suatu perang yang monumental. Tantangan terbesar jelang merdeka justru pada perumusan identitas baru kita sebagai Indonesia. Itu adalah satu pergumulan besar kita sebagai anak bangsa dari satu identitas lama ke identitas baru yang namanya Indonesia," urai dia.

Hal senada dikatakan Direktur Moya Institute, Hery Sucipto. Dia mengungkapkan, ada beberapa keraguan yang muncul terkait wacana poros tengah. Menurut dia, sekalipun Indonesia merupakan mayoritas Islam, sejak Orde Lama hinga sekarang, hanya segelintir tokoh Islam yang berada di posisi pengambil kebijakan.

"Kelompok Islam lebih pada pengikut, pelengkap," katanya.

Hery mengatakan, yang diharapkan ke depan ialah bagaimana partai-partai Islam nasionalis bersatu membentuk suatu pemerintahan.  "Bukan pemerintahan Islam, karena kita ideologi Pancasila. Tapi lebih pada nasionalis religius atau sebaliknya," kata dia.

Dia mengaku optimistis bahwa segenap elemen masyarakat tetap memupuk demokrasi. "Dan politik ke depan sarat dengan keadaban, kemajuan, dan kedisiplinan terhadap konstitusi," tandas Hery dalam diskusi yang sama.

Sebagai informasi, wacana membentuk poros tengah datang dari PKS dan PPP. Kedua partai berhaluan Islam ini membuka peluang mewujudkan koalisi partai-partai Islam pada Pemilu 2024 mendatang.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan