Komisi III DPR RI melakukan peninjauan lokasi pemblokiran jalan di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng) kemarin (17/2). Saat kunjungan tersebut, perwakilan Komisi III DPR RI bertemu dengan 17 warga yang memberikan kesaksian atas protes pertambangan hingga tewasnya seorang mahasiswa bernama Aldi (21).
Perwakilan Komisi III DPR RI, Supriansa menuturkan, pihaknya meminta kesaksian warga untuk menjadi bahan rapat bersama gubernur dan kapolda Sulteng hari ini (18/2).
"Saya juga akan menyampaikan secara terbuka bahwa sesuai dengan pengamatan kami sejak datang, belum ada yang bisa memberikan kesaksian nyata melihat nyata-nyata saudara Aldi tertembak dari arah mana," kata Supriansa dalam keterangan resminya yang diterima Alinea.id, Jumat (18/2).
Menurutnya, dari dialog bersama warga juga didapati informasi mengenai perusahaan tambang yang ditolak warga kurang melakukan sosialisasi adanya rencana kegiatan penambangan dan pembangunan. Warga pun menjadi khawatir dengan persawahannya.
Selain itu, ada juga warga yang menyatakan tidak mendukung kegiatan pemblokiran warga pada beberapa hari lalu sebagai bentuk unjuk rasa kegiatan penambangan. Mereka berpandangan, kericuhan memang tidak akan terjadi apabila tidak ada pemblokiran jalan.
"Pada kesempatan ini ada 17 yang saya catat, 17 (orang) itu berbicara terkait demonstrasi yang masing-masing memberikan pendapatnya, argumentasi, sekaligus memberikan keterangan kesaksian," ucap dia.
Sekadar informasi, aksi ribuan massa dari tiga kecamatan, Toribulu, Kasimbar, dan Tinombo Selatan, menolak perusahaan tambang emas di Desa Khatulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan, Parigi Moutong pada 12 Februari menyebabkan seorang mahasiswa, Erfaldi EL (21) tewas. Korban merupakan warga Tada, Tinombo Selatan tewas kena tembus timah panas. Selain itu, sekitar 59 orang lain diamankan Polres Parimo dengan tuduhan melakukan pemblokiran Jalan Trans Sulawesi.
Hingga Selasa (15/2), Bidang Profesi dan Pengamanan (Bid Propam) Polda Sulteng telah memeriksa 17 anggota Polres Parigi Moutong dan menyita 13 senjata api.
Di sisi lain, Laboratorium Forensik (Labfor) masih melakukan uji balistik timah panas yang menewaskan Arfaldi. Peluru panas itu juga akan dicocokan dengan 13 senpi yang telah disita.