close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangan pers di kantornya, Rabu (12/10/2022). Foto istimewa
icon caption
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangan pers di kantornya, Rabu (12/10/2022). Foto istimewa
Nasional
Rabu, 12 Oktober 2022 17:22

Komnas HAM: Gas air mata pertama kali ditembakan pukul 10 malam

Gas air mata pertama kali ditembakan ke arah tribun selatan sekitar pukul 22.08.59 WIB.
swipe

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan temuan perihal penembakan gas air mata yang dalam tragedi di Kanjuruhan. Temuan tersebut mengungkap, gas air mata pertama kali ditembakkan sekitar pukul 22.08 WIB pada Sabtu (1/10).

"Gas air mata pertama kali ditembakan ke arah tribun selatan sekitar pukul 22.08.59 WIB, dan tim sedang mendalami titik krusial yang mengakibatkan banyak korban meninggal," kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam keterangan pers di kantornya, Rabu (12/10).

Temuan tersebut didasarkan pada video yang diperoleh tim Komnas HAM dalam pemantauan dan penyelidikan yang dilakukan mulai 2-10 Oktober 2022. Dijelaskan Anam, mulanya kondisi di stadion masih terkendali sekitar 14-20 menit setelah peluit tanda pertandingan berakhir dibunyikan.

"Pemain Arema kemudian menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh Aremania. Jadi memang ini ada tradisi begitu yang berada di Stadion Kanjuruhan Malang," ujarnya.

Kemudian, lanjut Anam, saat pemain Arema menuju ruang ganti, sejumlah suporter Arema menghampiri dan memeluk pemain untuk memberikan dukungan semangat. Hal itu dikonfirmasi dengan berbagai video juga keterangan yang dikumpulkan dari berbagai pihak.

"Itu kita nilai, bahwa 14 sampai 20 menit pascapeluit ditiupkan, itu suasananya terkendali. Memang ada suporter yang masuk ke lapangan, tetapi itu untuk memberikan semangat," papar Anam.

Salah satu video yang menunjukkan kronologi penembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan merupakan video yang belum terpublikasi. "Video ini memang direkam oleh suporter yang meninggal," ucapnya dengan sedikit terisak.

Video tersebut, ujar Anam, menjadi video krusial yang diperoleh Komnas HAM. Video itu merekam peristiwa sejak dari tribun hingga di pintu stadion.

"Jadi memang video ini sangat krusial. Dia bisa merekam dari sejak di tribun sampai di titik pintu itu, direkam, dan dia sendiri akhirnya meninggal. Ini memang tribun yang banyak dibicarakan, yang pintu tertutup itu ternyata terbuka," jelas Anam.

Anam menambahkan, pihaknya bersikukuh penggunaan gas air mata menjadi permasalahan utama dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan. Menurutnya, gas air mata memicu kepanikan para suporter, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban meninggal dan luka-luka.

"Kami sampai detik ini, kami meyakini bahwa problem utama dari peristiwa Kanjuruhan adalah penggunaan gas air mata," tandas dia.
 

img
Gempita Surya
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan