Sedikitnya tiga warga sipil tewas saat terjadi kontak senjata antara pasukan TNI-Polri dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Puncak, Papua.
Andreas Mom, tokoh muda dari Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua menyebut bahwa pada Rabu (18/9) ada delapan masyarakat sipil yang menjadi korban dari operasi Tim Gabungan TNI-Porli. Dari delapan orang tersebut, tiga warga di antaranya meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka.
Dia menuturkan, sebelumnya pada awal bulan ini tim gabungan tersebut melakukan operasi di Distrik Gome yang masih di dalam wilayah Kabupaten Puncak. Operasi Itu ditengarai untuk mengejar kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM). Akan tetapi, operasi kemudian terjadi lagi dan hari ini di Distrik Ilaga Utara.
"Kemudian tadi jam setengah dua (13.30 WIT) tim gabungan juga mereka beroperasi di bagian Distrik Ilaga Utara Kabupaten Puncak," kata Andreas Mom saat dihubungi Alinea.id dari Jakarta, Rabu (18/9).
Akan tetapi, menurut kesaksiannya, OPM yang dicari TNI-Porli sejatinya sudah tidak ada di lokasi kejadian. Dia tak menampik bahwa sebelumnya ada anggota OPM di sana, tetapi kelompok itu kemudian sudah pergi lantaran operasi yang sebelumnya pernah dilakukan pada awal September ini.
"Tapi kalau OPM yang mereka sangka sudah tidak ada, mereka (OPM) sudah mundur dari operasi awal yang lalu," sambungnya.
Terkait korban tembak, dia mengatakan bahwa seluruh korban adalah masyarakat yang sedang berkebun sejak pagi hari. Mereka terdiri dari beberapa keluarga.
Akan tetapi, pada saat istirahat untuk makan siang di salah satu rumah warga, tiba-tiba saja Tim Gabungan TNI-Porli datang dan melepaskan tembakan sehingga masyarakat yang sedang istirahat itu menjadi kebingungan.
"Jadi mereka (tim gabungan) tembak. Akhirnya masyarakat bingung. Kebanyakan ibu-ibu di rumah tadi. Jadi ibu-ibu dengan beberapa laki-laki, di rumah itu, di satu rumah, rumahnya yang punya kebun itu," ujarnya.
Sementara itu untuk lima orang luka-luka sedang dalam perawatan di salah satu rumah sakit Timika.
"(Sedangkan korban meninggal) Otomanus Pinim, Redi Mom, dan Wenda," kata Aser Gobai anggota DPRD Kabupaten Mimika dalam keterangan tertulis.
Bupati angkat suara
Bupati Puncak Willem Wandik mengkonfirmasi, ada warganya yang menjadi korban dalam kontak tembak antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata (KSB).
Memang benar ada warga yang menjadi korban saat kontak senjata terjadi, Selasa (17/9) sekitar pukul 15.00 WIT di Kampung Olen, Distrik Mabugi.
Dia menjelaskan, dari laporan yang diterima tercatat tiga warga meninggal dan empat orang luka-luka.
Bupati yang dihubungi melalui telepon selularnya, mengatakan, korban luka-luka saat ini sudah dievakuasi ke Timika untuk dirawat di RSUD Timika, sedangkan yang meninggal akan segera dimakamkan.
Menurut dia, masyarakat memang selalu menjadi tameng bagi anggota KSB karena biasanya kelompok tersebut bersembunyi dan bergabung di tengah masyarakat sehingga diharapkan aparat keamanan TNI-Polri diminta untuk tidak lagi melakukan pengejaran kepada KSB karena yang menjadi korban adalah warga sipil.
Dia mengatakan, aparat keamanan diminta untuk menahan diri dan tidak lagi melakukan pengejaran karena akan berdampak luas baik itu pada pembangunan di daerahnya maupun dampak lainnya misalnya penggiat HAM yang menggunakan momentum itu untuk mengambil keuntungan.
“Mari kita sama-sama menjaga agar tidak menjadi konflik yang nantinya menjadi konsumsi politik terhadap insiden yang terjadi di Puncak,” ajak Bupati Wandik seraya menambahkan, karena itu aparat keamanan diminta untuk melakukan pendekatan secara persuasif.
Dengan persuasif diharapkan anggota KSB nantinya mau sadar dan menyerahkan diri dan tidak lagi melakukan penyerangan terhadap warga sipil maupun aparat keamanan, harap Bupati Wandik.
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol CPL Eko Daryanto secara terpisah mengakui terjadinya insiden tersebut namun pihaknya masih mengumpulkan data-data terkait kasus itu.
Memang benar adanya kontak tembak antara aparat gabungan TNI-Polri dengan KSB di wilayah Kabupaten Puncak, aku Letkol CPL Eko. (Ant)