close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Densus 88. Alinea.id/Dwi Setiawan.
icon caption
Ilustrasi Densus 88. Alinea.id/Dwi Setiawan.
Nasional
Kamis, 12 Mei 2022 11:59

Kontributor ISIS menghidupkan jihadis, kaum hawa berperan besar

Pascatewasnya Abu Bakr Al Baghdadi dan runtuhnya ISIS, nasib sejumlah jihadis menjadi tidak jelas.
swipe

Pengamat Terorisme Zaki Mubarok memandang, kegiatan terorisme dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terkikis karena penindakan hukum dari kepolisian, belum melunturkan semangat mereka dalam menyebarkan ketakutan di masyarakat. Lima nama sebagai fasilitator Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membuktikan hal tersebut.

Menurut Zaki, para pemimpin JAD seperti ustaz Aman Abdurrahman, Amir JAD Zainal Anshori, ustaz Iskandar/ Alexander dan pimpinan-pimpinan ISIS lainnya yang telah dilumpuhkan tidak mematikan ideologi pro-ISIS bagi pengikutnya. Mereka beraktivitas dalam sel-sel kecil yang menjadikan lebih sulit untuk dilacak.

“Ini tentunya menjadi pekerjaan rumah atau PR bagi BNPT dan Densus 88 untuk mengatasi jaringan-jaringan kecil jihadis yang berserakan tetapi masih militan,” kata Zaki kepada Alinea.id, Kamis (12/5).

Kendati kelima orang itu tidak memegang peranan penting atau tokoh penggerak atau bahkan pendonor besar dalam perjuangan ISIS, namun kontribusi mereka bagi pergerakan jihadis tidak bisa dipandang sebelah mata. Kontribusi mereka dapat memenuhi kebutuhan logistik untuk kehidupan para jihadis. Apalagi setelah kekalahan ISIS di Suriah maupun Irak.

Pascatewasnya Abu Bakr Al Baghdadi dan runtuhnya ISIS, nasib sejumlah jihadis menjadi tidak jelas. Ada yang di penjara, ada yang melarikan diri ke Mesir, Yaman, Afghanistan, dan sebagainya. 

“Sementara transfer-transfer dana, ada yang dari jual rumah atau tanah, jual mobil atau motor,  hutang dan lain-lain, itu penting untuk mereka bisa hidup di wilayah jihad yang makin sukar kondisinya,” ujar Zaki.

Ia kemudian memberikan catatan penting terkait kelima nama itu. Seperti keterlibatan kaum hawa yang semakin aktif dalam gerakan jihad. 

“Para wanita tersebut tidak hanya sebagai anggota biasa atau simpatisan, tetapi juga terlibat dalam perekrutan dan pendanaan,” ucap Zaki. 

Dalam kasus mobilisasi ke Suriah, peran wanita terutama istri-istri memang krusial. Mereka sering lebih militan dibanding suaminya dan aktif mendorong suami, anak-anak dan keluarga besarnya, hijrah ke Suriah bergabung dengan ISIS. Sejak 2017 memang beberapa jihadis wanita Indonesia juga telah terlibat dalam aksi-aksi amaliah bom bunuh diri.  

“Trend jihadis wanita ini perlu dicermati,” jelas Zaki.

BNPT, kata Zaki, perlu memberikan perhatian khusus terutama pada dua eksnapiter ISIS yang masih berada di Indonesai yakni Ari Kardian dan Rudi Hariadi. Mereka harus dipastikantidak kembali terhubung dengan gerakan teror. 

Ari Kardian sebelumnya dipenjara karena pada 2016-2017. Dia memfasilitasi pemberangkatan sejumlah jihadis ke Suriah melalui Turki. Tapi ada catatan hitam lainnya yang menunjukkan Ari Kardian terlibat dalam kerusuhan Mako Brimob pada 2018 dan menyebabkan sejumlah polisi tewas. 

Saat kerusuhan terjadi, Ari juga berperan menghubungi dan menyerukan sejumlah jihadis pendukung ISIS yang ada di daerah ikut menyerbu Mako brimob. Wal hasil, sejumlah pendukung ISIS ini berdatangan ke Depok, meski gagal melakukan serangan. Ini menunjukkan bahwa orang-orang ini meski bukan tokoh penting tetapi sangat militan. Jika saat ini ternyata ideologinya tetap pro-ISIS dan masih aktif tentu akan membahayakan..

“Catatan penting lainnya, dua dari lima nama fasilitator ISIS adalah bekas napiter yang sudah bebas yang saat ini masih di Indonesia,” tandas Zaki.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan