Tim SAR gabungan telah mengevakuasi 264 korban banjir bandang dan tanah longsor di Sentani, Jayapura, Papua. Dari jumlah itu, 104 orang di antaranya telah dinyatakan meninggal dunia.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, 97 korban meninggal berasal dari Kabupaten Jayapura, sementara 7 korban lainnya berasal dari Kota Jayapura. Namun belum seluruh korban meninggal berhasil diidentifikasi.
"Ada 40 korban meninggal dunia yang belum diidentitikasi, sehingga Bupati Jayapura memutuskan korban akan dimakamkan secara massal pada Kamis (21/3)," kata Sutopo dalam keterangan resminya, Rabu (20/3).
Pemakaman massal diputuskan setelah pemerintah setempat melakukan koordinasi dengan pihak keluarga dan pihak gereja, yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Pemerintah Daerah (Pemda) Jayapura juga sudah menyiapkan lahan dan kendaraan untuk pemakaman massal tersebut.
Selain korban meninggal, 160 orang lainnya menderita luka-luka. Sebanyak 85 orang mengalami luka berat, sementara 75 orang lainnya mengalami luka ringan.
Sutopo juga mengatakan, jumlah korban hilang mencapai 79 orang. Hingga kini, tim SAR gabungan terus melakukan upaya pencarian sesuai dengan laporan masyarakat, yang menyatakan anggota keluarganya belum ditemukan.
Jumlah personel yang diturunkan untuk melakukan penanganan darurat mencapai 2.317 personel, yang terdiri dari 28 lembaga dan organisasi.
"Personel itu akan melakukan proses evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban, pelayanan kesehatan, dapur umum, penanganan pengungsi perbaikan, sarana-prasana darurat, dan lainnya," katanya menjelaskan.
Lebih jauh Sutopo mengatakan, jumlah pengungsi terus mengalami penambahan. Pihaknya mencatat sebanyak 9.691 orang mengungsi yang tersebar di 18 titik.
Menurutnya, penambahan jumlah pengungsi terjadi karena tumbuhnya rasa trauma dan takut akan adanya banjir bandang susulan. Apalagi, hujan masih sering turun di wilayah Jayapura.
Namun demikian, jumlah pengungsi yang begitu banyak menyebabkan sejumlah tempat kelebihan kapasitas dan dalam kondisi yang tidak nyaman. Hal ini juga menyebabkan distribusi bantuan logistik menjadi terkendala.
"Sesuai kesepakatan dalam rapat koordinasi di Posko Tanggap Darurat, dari 18 titik pengungsian yang ada, saat ini akan dikumpulkan menjadi 6 titik pengungsi agar memudahkan distribusi bantuan," katanya.
Akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi, berbagai fasilitas umum dan rumah warga mengalami kerusakan. BNPB mencatat sebanyak 5 unit rumah ibadah, 8 sekolah, 4 jembatan, dan 4 ruas jalan rusak berat akibat bencana. Selain itu, 375 rumah dan 104 unit ruko juga mengalami rusak berat.
Bupati Kabupaten Jayapura telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari, terhitung dari 16 hingga 29 Maret 2019.
Sutopo menyebut BNPB telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp1,5 miliar untuk operasional penanganan darurat. Rinciannya, Rp1 miliar untuk BPBD Kabupaten Jayapura, Rp250 juta untuk BPBD Kota Jayapura, dan Rp250 juta untuk BPBD Provinsi Papua.