Hari ini (5/5) kedua orang tua korban tragedi sembako di Monas mendatangi Polda Metro Jaya. Kehadiran mereka untuk melakukan konfirmasi setelah Bareskrim Mabes Polri melimpahkan kasus tersebut ke Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Salah satu orang tua korban memilih untuk tidak melanjutkan kasus tersebut ke ranah hukum.
Djunaedi, orang tua Mahesa yang datang lebih awal, menjelaskan tidak akan membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum. Alasannya, sudah mengikhlaskan kematian anaknya.
“Kalau saya sebagai orang tua serta isteri dan keluarga besar sudah mengikhlaskan. Mungkin ini sudah jalan Allah, sudah jalannya, saya ikhlas,” tukas Djunaedi seusai memenuhi panggilan pihak kepolisian pada Sabtu (5/5).
Sikap berbeda ditunjukkan oleh keluarga korban Rizky yang akan tetap memperjuangkan kematian anaknya. Kuasa hukum korban Rizky, Fayadh menyatakan proses hukum atas laporannya sudah naik statusnya menjadi penyidikan.
Bahkan, setelah menemui pihak kepolisian, Fayadh menyebut segera memproses autopsi setelah polisi memanggil pihak terlapor yakni orang tua Rizky, Komariah yang hadir dalam pembagian sembako di Monas pekan silam. Hal ini guna mengetahui penyebab korban meninggal dunia.
Meski begitu, pihak keluarga Rizky disebut belum menyetujui rencana autopsi. Namun Polisi tetap akan melakukan otopsi sekalipun keluarga tidak menyetujuinya. Selain otopsi, Fayadh memastikan polisi juga akan meminta keterangan dari Ketua panitia dari FUI (Forum Untukmu Indonesia).
Kronologi meninggalnya Mahesa
Djunaedi menjelaskan kepergian Mahesa ke acara bagi-bagi sembako Sabtu lalu (28/4) tanpa seizin dirinya dan isterinya. Mahesa diketahui Djuanedi pergi berdua dengan seorang temannya bernama Akmal bukan demi kupon pembagian sembako, melainkan ajakan kawan-kawannya.
Kepergian Mahesa diketahui setelah ibunya sampi di rumah. Mahesa diketahui hilang di Monas karena terpisah dari kawannya, Akmal.
“Isteri saya kasih tahu saya anak hilang di Monas, saya bilang kok bisa, ini temennya ngasih tau. Dia berangkat sama temennya Akmal, kasih kabar ke rumah,” terang Djunaedi.
Djunaedi, isteri dan keluarganya pun segera menyambangi lokasi kejadian. Namun, keterangan yang didapat menyatakan anaknya hilang. Di tengah pencariannya, Djunaedi pun kehilangan motornya yang ditinggal di depan pintu masuk Monas.
Sekitar pukul 21:10 Djunaedi menerima telepon dari salah satu rumah sakit yang mengabarkan bahwa anaknya berada di RS. Sesampainya di sana, Mahesa sudah tidak bernyawa akibat pecahnya pembuluh darah karena suhu tubuhnya yang terlalu tinggi.
Soal riwayat kesehatan Mahesa, pria yang berprofesi sebagai supir di perusahaan swasta itu mengatakan bahwa sebelumnya Mahesa dalam keadaan sehat. Meski pernah mengalami kejang-kejang.