close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Siswa SD Negeri Mojosongo V Solo membentang poster berisi ucapan terima kasih kepada guru saat aksi bertajuk
icon caption
Siswa SD Negeri Mojosongo V Solo membentang poster berisi ucapan terima kasih kepada guru saat aksi bertajuk
Nasional
Kamis, 02 Mei 2019 19:50

KPAI: Konsep pendidikan nasional perlu kembali ke konsep awal

Pendidikan Ki Hajar Dewantara itu menghaluskan nurani.
swipe

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merekomendasi pengembalian pendidikan sesuai dengan pemikiran awal Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia). Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dinilai mampu memperkuat nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa.

"Pendidikan saat ini justru menjauhkan dari nilai-nilai itu. Masyarakat, orang tua, dan guru harus diedukasi untuk menekankan pada perubahan perilaku anak, Ki Hajar Dewantara menyebutnya kehalusan nurani. Dari situ kita membangun budaya bangsa, seperti gotong royong, welas asih, menghargai perbedaan dari Sabang sampai Merauke," tutur Komisioner bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti di Gedung KPAI, Jakarta Pusat, Kamis (2/5).

Dengan begitu, pertengkaran di media sosial yang seringkali berujung persekusi di dunia nyata, dapat diminimalisir. Pertengkaran di jagat media sosial, yang begitu banyak dipertontonkan orang dewasa, tentunya akan cepat ditiru.

"Di media sosial, saling menghina, menghujat, dan merendahkan antar orang dewasa dilihat anak-anak kita. Padahal pendidikan bukan saja dari sekolah, tetapi juga dari keluarga, dan masyarakat. Media sosial pun bagian dari masyarakat," ujar Retno.

Oleh karena itu, Retno menekankan pendidikan ala Ki Hajar Dewantara, yang bukan sekedar mengajarkan anak supaya tahu, melainkan pula mendidik hati nuraninya. Sehingga, anak bisa menghargai sesama manusia dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. 

"Pendidikan Ki Hajar Dewantara itu menghaluskan nurani. Bagaimana sebagai seorang terdidik akan berbeda dengan manusia tersekolahkan," ujar Retno.

Ia pun menyayangkan sekolah-sekolah kurang mengangkat pendidikan terkait budaya daerah. Bagaimana mengoptimalkan potensi laut dan menghargai perbedaan dengan meninjau keragaman pakaian dalam budaya Indonesia. 

"Apalagi sekolah negeri, semestinya menyemai keragaman. Jangan sampai pakaian daerah hanya jadi koleksi museum bagi generasi muda. Padahal bagian dari dari kekayaan budaya kita," kata Retno.

Retno pun turut menyayangkan bahasa daerah dan makanan daerah yang kian terabaikan oleh generasi muda. Sebaiknya, sekolah-sekolah mengutamakan pendidikan bermuatan lokalitas. 

"Termasuk makanan, mungkin anak-anak kita asing dengan makanan tradisional, mereka lebih kenal Pizza Hut atau JCo donut. Ote-ote jarang mereka tahu, apalagi kue lumpur," kata Retno. 

Sementara Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto berharap momentum Hari Pendidikan Nasional 2019 ini dapat memupuk kesadaran orang tua, guru, dan masyarakat agar senantiasa memantau aktivitas anak-anak, terlebih saat bersentuhan dengan teknologi informasi.

"Momentum Hardiknas 2019, tantangan dunia pendidikan kian kompleks. Kasus-kasus kekerasan pada anak banyak sekali bermuara dari perangkat-perangkat digital, seperti kasus Au, yang dipicu dari komunikasi di media sosial yang tersumbat," tutur Susanto 

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan