Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang, mengungkapkan lembaga yang dipimpinnya telah menerima ribuan surat aduan dari masyarakat. Surat-surat itu diduga berkaitan dengan adanya tindak pidana korupsi.
“Ada 7.000 surat (aduan masyarakat) yang masuk ke KPK. Jika, dari jumlah itu sebayak 30% punya potensi korupsi, maka selama 365 hari atau dalam setahun, KPK harusnya memenjarakan lima orang atau lebih setiap harinya,” kata Saut saat ditemui di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (11/12).
Karena itu, Saut menuturkan, pihaknya berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi. Salah satu caranya dengan menerjunkan penyuluh antikorupsi di seluruh Indonesia.
Para penyuluh itu nantinya diminta untuk melangsungkan pertemuan dengan para pejabat daerah. Tujuannya, untuk memberikan penyuluhan agar dilakukan pencegahan praktik rasuah di lingkungan pemerintah daerah.
“Jadi, harus punya target, seminggu harus ketemu gubernur berapa hari. Iya dong. Mungkin seminggu sekali. Harus punya target,” kata Saut.
Menurut Saut, upaya pencegahan yang dilakukan para penyuluh antikorupsi dianggap penting. Pasalnya, pihaknya telah menerima ribuan surat aduan dari masyarakat terkait adanya dugaan korupsi. Surat-surat tersebut datang dari berbagai penjuru Indonesia.
Lebih lanjut, Saut memandang, pentingnya integritas yang dimiliki oleh para penyuluh antikorupsi saat menjalankan tugasnya melakukan pencegahan praktik lancung di daerah. Karena itu, kata dia, perlunya menumbuhkan nilai integritas yang dilakukan setiap hari.
"Ibarat kita salat lima waktu, ibarat saya ke gereja tiap minggu dan seterusnya. Dan, ibarat saya baca Alkitab setiap hari. Terus jangan berhenti. Itu harus begitu terus setiap hari, jangan pernah berhenti," ucap dia.
Jika penyuluh antikorupsi tidak memiliki nilai integritas, Saut menambahkan, akan menyuburkan praktik korupsi. Bahayanya, justru praktik lancung itu terjadi di daerah-daerah. Ketiadaan nilai integritas pula yang dapat menghambat kinerja KPK.
"Ketika (integritas) itu berhenti, ya kehidupan berhenti, peradabannya berhenti. Kita bicara integritas, kita bicara Tuhan. Itu yang saya tulis di Taman Pintar di Yogyakarta. Pintar saja tidak cukup, yang penting integritas, di integritas itu ada Tuhan di dalamnya," tutur Saut.